- Senin, 16 September 2024
Mengemudi Karir: Transisi Sukses Rivalwan Dari Sopir Travel Menjadi Dosen
Mengemudi Karir: Transisi Sukses Rivalwan dari Sopir Travel Menjadi Dosen
Matua (Minangsatu) - Warung kopi sederhana di Matua, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menjadi saksi. Pada 17 April 2024, suasana Idul Fitri masih pekat, di tengah riuh rendah suara anak-anak yang bermain dan gemericik air yang mengalir, saat dimana penulis bertemu dengan Rivalwan.
Angin bertiup pelan membawa aroma khas tanah dan dedaunan basah, mengiringi kisahnya yang penuh liku.
"Semua dimulai disini," katanya sambil menyeruput kopi hitamnya.
"Saya memulai sekolah di TK Pertiwi Matua pada tahun 1998,"ulasnya.
Sambil memandang ke arah pegunungan yang mengelilingi desa, Rivalwan mengenang masa kecilnya.
“Setelah itu, saya melanjutkan ke SDN 32 Limbukan Kota Payakumbuh, sebelum akhirnya pindah lagi ke SDN 10 Matua. Masa-masa itu penuh dengan kenangan belajar, bermain, dan bercita-cita tinggi,”ungkap Rivalwan.
Masa remajanya dihabiskan di SMPN 1 Matua dan kemudian di SMAN 1 Matua. Di masa itu, Rivalwan terbiasa membantu kerja orang tuanya di pagi hari seperti memasak kopi, membungkus kopi, ‘marandang’ kopi, dan berbagai turunan kerja terkait. Sehabis itu barulah Rivalwan berangkat sekolah.
Di tengah hiruk pikuk pasar dan aktivitas petani yang pulang membawa hasil panen, Rivalwan bercerita tentang perjuangannya setelah lulus SMA pada tahun 2010.
“Saya berusaha untuk masuk ke berbagai sekolah kedinasan seperti Akpol, STAN, dan STIS,” katanya.
“Namun, selalu gagal,”sambungnya kecut.
Ia menghela napas sejenak, memandang jauh ke arah hamparan yang terbentang luas.
“Akhirnya, saya diterima di Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang (UNP), pilihan terakhir saya. Meskipun itu bukan yang saya impikan sejak awal, saya memutuskan untuk menjalaninya dengan tekun,
Tahun 2011, Rivalwan kembali mencoba tes STAN, namun nasib berkata lain.
“Saya memutuskan untuk tetap fokus pada studi di Ilmu Keolahragaan,” kenangnya.
Tahun 2013, ia menjalani magang di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Agam. Namun, kehidupan kembali menantangnya.
“Pada awal 2014, saya menjadi sopir travel dengan trayek Matua-Pekanbaru selama 8 bulan,” ujarnya sambil mengambil sepotong gorengan.
“Itu adalah masa-masa sulit, tapi saya harus melakukannya demi menghidupi diri sendiri,”sebutnya.
Selepas menjadi sopir travel, Rivalwan berjuang keras menyelesaikan skripsinya. Ketika akhirnya tiba saat wisuda pada tanggal 7 Maret 2015, biaya sebesar 1,2 juta rupiah menjadi tantangan baru.
“Orang tua saya tidak punya uang,” katanya dengan nada rendah, sembari memandang cangkir kopinya.
“Kami harus menjual perabotan rumah tangga untuk menutupi biaya wisuda,”tuturnya lirih.
Setelah wisuda, Rivalwan merantau ke Pekanbaru untuk mencari pekerjaan. Pada bulan Juni 2015, ia diterima bekerja di PT. Indomarco Prismatama, perusahaan yang menaungi jaringan Indomaret.
“Namun, saya hanya bertahan sampai Januari 2016 sebelum memutuskan kembali ke Matua untuk membantu orang tua berjualan kopi bubuk di pasar Matua dan Lawang,” katanya dengan senyum tipis.
Pada tahun 2017, peluang baru muncul. Rivalwan menjadi pelatih fisik di klub bulutangkis PB. Arden Meta di Kota Bukittinggi.
“Itu adalah pengalaman yang sangat berharga,” katanya dengan antusias.
Pada tahun 2018, ia kembali ke bangku kuliah untuk melanjutkan pendidikan S-2 di bidang Pendidikan Olahraga di FIK-UNP.
Meskipun sibuk dengan studi, semangat Rivalwan untuk mengembangkan olahraga di komunitasnya tidak pernah padam. Pada tahun 2020, ia mendirikan klub sepakbola Kopi Mos FC, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memberikan wadah bagi anak-anak muda di daerahnya untuk berprestasi di bidang olahraga.
“Saya ingin memberikan sesuatu kembali kepada komunitas,” katanya.
“Olahraga adalah cara saya untuk melakukannya,”bebernya.
Pada tahun 2022, Rivalwan akhirnya menyelesaikan pendidikan S-2-nya, sebuah pencapaian besar yang menandai akhir dari satu perjalanan panjang dan awal dari yang baru. Setelah berbagai pengalaman dan perjuangan, pada tahun 2023, Rivalwan berhasil lulus sebagai CPNS dosen di Universitas Tadulako, Tadulako, Palu.
"Ini adalah pencapaian yang sangat berarti bagi saya," ujarnya dengan mata yang penuh tekad. "Namun, perjalanan saya belum selesai. Ini baru permulaan,”
Dengan semangat dan tekad yang kuat, Rivalwan ingin menginspirasi orang lain untuk tetap menjalani kehidupan dengan tekun, apa pun bidang yang mereka tekuni.
“Kegagalan adalah bagian dari perjalanan,” katanya dengan penuh keyakinan.
“Tetaplah berjuang dan jangan pernah berhenti belajar. Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu masa depan yang lebih baik,” pesannya.
Sambil menutup percakapan kami, Rivalwan menatap ke arah matahari yang mulai tenggelam, seolah-olah menatap masa depan yang penuh harapan.
Editor : melatisan
Tag :#Sopir Travel #Menjadi Dosen
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com