HOME PENDIDIKAN KOTA PARIAMAN

  • Jumat, 11 April 2025

Lulus Lewat SNBP, Karena Kendala Biaya Siswi Asal Pariaman Ini Terancam Gagal Kuliah

Huma Hira Fadhillah (Foto: Info Sumbar)
Huma Hira Fadhillah (Foto: Info Sumbar)

Lulus Lewat SNPB, Karena Kendala Biaya Siswi Asal Pariaman Ini Terancam Gagal Kuliah

Pariaman (Minangsatu) -
Huma Hira Fadila (19 tahun) warga Desa Rawang, Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman Sumatera Barat, saat ini tengah 'badampuang' alias harap-harap cemas.

Pasalnya, alumni SMAN 2 Pariaman ini dinyatakan lulus sebagai Mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Negeri Padang melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), namun terancam tidak bisa menyelesaikan proses administrasi karena kendala biaya.

“Uum tetap ingin kuliah, sehingga nantik dapat membantu ekonomi orang tua dan membiayai pendidikan adik adik,” ujar Huma Hira saat diwawancara Info Sumbar dikomplek SMPN 4 Kota Pariaman tempat dimana Ayahnya bekerja sebagai penjaga dan petugas kebersihan sekolah, Rabu (9/4/2025).

Huma Hira yang menyebut dirinya dengan panggilan Uum menyadari dengan kondisi keuangan keluarga tidak akan mampu membiayai impian dirinya dalam mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi.

Ayahnya yang hanya berstatus sebagai honorer dengan penghasilan tujuh ratus ribu rupiah perbulan dengan beban biaya hidup sekeluarga dan pendidikan adik adiknya yang masih kecil tentu mustahil dapat menyekolahkannya kejenjang lebih tinggi.

Namun baginya, kesempatan kali ini merupakan peluang emas agar dapat mencapai mimpi sedari kecil. Dirinya ingin sekali membanggakan kedua orang tuanya. Menjadi wanita terdidik, berpenghasilan tetap sehingga mampu mengangkat harkat dan martabat keluarga.

Dirinya mengaku tidak pernah malu terlahir dari keluarga yang serba kekurangan dan tidak berpendidikan tinggi seperti kedua orang tuanya. Justru hal tersebut merupakan motivasi terbesar Uum yang saban hari ikut membantu orang tua bekerja ini dapat mengenyam pendidikan tinggi meski bukan dari kalangan berada.

“Ada orang yang bilang, kalo keluarga tidak mampu kenapa harus lanjutkan kuliah. Saya dengar tapi tidak saya tanggapi, saat ini Uum hanya berfikir bagaimana agar bisa kuliah,” ucapnya dengan mata yang berlinang.

Dirinya ingin merasakan bahwa Pendidikan Tinggi dan pekerjaan yang layak merupakan hak semua anak anak Indonesia tanpa terkecuali.

Semua anak anak boleh bermimpi meski dari kalangan bawah, dan terlahir dari orang tua yang prasejahtera.

Kini, Huma Hira Fadila hanya menunggu perhatian dan uluran tangan agar mimpinya tidak pupus ditengah jalan.

Meski belum menemui jalan, berbagai upaya akan dirinya tempuh demi masa depan, mimpi dan cita citanya.

“Um akan berusaha, Um ingin kuliah,” tutur pelajar SMA 2 Pariaman yang bercita cita ingin menjadi Dosen ini.

Tidak kuasa menguburkan mimpi anak keduanya untuk dapat berkuliah, M Dahlan harus bekerja ekstra.

Saban hari usai menyelesaikan tugasnya di Sekolah dirinya memutar otak untuk mencari penghasilan lain.

Berbagai lakon pekerjaan dia lakukan demi anak tercintanya agar dapat meraih mimpi mimpinya.

Meski dirinya menyadari apa yang dia upayakan tidak akan pernah mampu menutupi biaya anaknya untuk dapat bersekolah, namun setidaknya dirinya telah berupaya maksimal sebagai orang tua dalam memperjuangkan harapan dan mimpi anaknya.

“Kalo dari gaji honorer setiap bulan 700 ribu. Penghasilan tambahannya kalo ada yang nawari bekerja sebagai buruh lepas,” ujar pria yang mengaku hanya tamatan SMP ini.

Saat ini merupakan hal tersulit dalam hidupnya, dilema besar menghantui pemikirannya. Sebagai seorang Ayah sudah selayaknya harus memperjuangkan mimpi dan harapan anak anaknya untuk dapat bersekolah.

Dirinya berujar rela melakukan apapun demi anak anak yang dirinya cintai, namun keterbatasan memaksanya tidak mampu berbuat banyak.

“Antara sedih dan bangga dengan keinginan anak saya. Tapi saya akan lakukan apa yang bisa saya lakukan, tidak tega melihat anak saya,” tuturnya dengan mata yang berbinar.

Doa dan harapan senantiasa dia panjatkan ke Sang Pencipta, berharap ada kejutan dalam kehidupannya saat ini. Dirinya sangat berharap anaknya dapat melanjutkan pendidikan dan mampu membanggakan keluarga.

Satu hal yang membuat dirinya kuat dan tidak merasakan sendiri saat ini, yakni dukungan moril dari orang orang sekitarnya.

Dirinya yang buta akan jalan dan mekanisme sistem pendidkan tinggi di Indonesia merasa terbantu dengan hadirnya tokoh masyarakat yang senantiasa ada sebagai tempat berkeluh kesah dan meminta jalan keluar.

“Saya merasa kuat dan tidak sendiri dengan masalah yang saya hadapi saat ini,” ucapnya seraya mengusap air matanya. (*)

Sumber: Info Sumbar


Wartawan : Redaksi
Editor : melatisan

Tag :#Terancam #Lulus SNPB

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com