- Jumat, 31 Oktober 2025
BRIN Dorong Kolaborasi Riset Di Seminar Nasional Hybrid “Perempuan Dan Perannya Dalam Pergerakan Kebangsaan”
Payakumbuh (Minangsatu) – Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP Yayasan Abdi Pendidikan Payakumbuh bekerja sama dengan Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban Badan Riset dan Inovasi Nasional (PR KPP BRIN) serta Perkumpulan Program Studi Sejarah se-Indonesia (PPSI) menggelar Seminar Nasional Hybrid dengan tema "Perempuan dan Perannya dalam Pergerakan Kebangsaan". Seminar tersebut dalam rangka Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97, digelar pada Rabu, 29 Oktober 2025, di Kampus STKIP Yayasan Abdi Pendidikan, Jalan Prof. M. Yamin, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat.
Seminar yang dihadiri oleh 220 peserta, baik secara luring maupun daring, menampilkan Dr. Mutiah Amini, M.Hum (Kepala Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta) sebagai Keynote Speaker. Dalam pembukaan seminar, ia membahas topik "Membaca Ulang Historiografi Perempuan Indonesia."
Enam narasumber yang turut menyajikan makalah serta judul bahasan mereka pada seminar tersebut adalah: Dr. Yuliarni, M.Hum - Dosen Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang (Ratu Sinuhun dan Simbur Cahaya. Kontribusi Perempuan bagi Pendidikan Toleransi), Dr. Sudirman, M.Pd - Kaprodi PPKN STKIP Yayasan Abdi Pendidikan Payakumbuh (Karakter Kebangsaan Pemuda, perjalanan masa lalu, realitas kini dan harapan masa depan).
Selain itu juga ada Dra. Zusneli Zubir, M.Hum - Peneliti Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban, Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra, Badan Riset dan Inovasi Nasional - PR KKP OR ARBASTRA BRIN (Pergerakan Perempuan Minangkabau Menantang Tradisi dan Penjajahan Awal abad 20), Destel Meri, M.Pd - Wakil Ketua I STKIP Yayasan Abdi Pendidikan Payakumbuh (Ratna Sari: Orator Tanah Minang yang menguncang kongres perempuan 1935), Selfi Mahat Putri, S.S, MA - Dosen Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Bidaya Universitas Andalas Padang (Limpapeh Rumah nan Gadang: Suara Perempuan Minang dalam Pergerakan Bangsa), dan Jumhari, S.S, M.Hum - Kepala Balai Pelestarian Kebudayaah (BPK) Wilayah IV Riau dan Kepri.
Dalam sambutannya, Kepala PR KPP BRIN, Wuri Handoko, S.S., M.Si, menyampaikan bahwa seminar tersebut sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda tentang peran perempuan dalam membangun kebangsaan. "Dualitas peran perempuan dan laki-laki dalam pergerakan kebangsaan tidak bisa dipisahkan. Sejak masa perjuangan, banyak pahlawan perempuan yang mengambil peran penting. Dalam konteks pembangunan, peran perempuan juga sangat signifikan," ujarnya.
Wuri Handoko menekankan bahwa pentingnya mengungkap peran perempuan sejak awal berdirinya Indonesia melalui berbagai riset kolaboratif, guna menghasilkan informasi baru dan pengetahuan yang lebih mendalam. Ia berharap kolaborasi riset antara BRIN dan lembaga-lembaga riset di kampus, termasuk STKIP Payakumbuh, dapat terus ditingkatkan untuk memastikan semua pihak dapat bekerja optimal di bidangnya masing-masing.
Ketua Pelaksana Seminar, Fikrul Hanif Sufyan, juga menegaskan bahwa pergerakan kebangsaan yang telah berusia hampir satu abad tidak hanya dilakoni oleh kaum laki-laki, namun juga oleh perempuan. Ia menjelaskan bahwa geliat perempuan, terutama di Sumatera pada awal abad ke-20, digerakkan oleh perempuan yang terdidik, yang berasal dari sekolah untuk perempuan seperti Madrasatu lil Banat, yang kini dikenal dengan nama Diniyah Putri Padang Panjang.
“Seminar ini diadakan untuk membuka sejarah perempuan sebagai bagian penting dari kesejarahan di Sumatra Barat. Hal ini sekaligus sebagai upaya untuk mengulang kembali memori kolektif tentang peran perempuan Minang di masa lalu,” tambah Fikrul Hanif.
Destel Meri, dalam pembukaan acara, menjelaskan bahwa perempuan Minang pada masa lalu tidak hanya dikenal sebagai simbol “limpapeh rumah nan gadang”, tetapi juga berperan aktif dalam mencerahkan kaumnya melalui pendidikan, organisasi pergerakan, dan pers.
Dra. Zusneli Zubir, M.Hum, saat menyampaikan makalahnya, mengungkapkan bahwa puncak lahirnya pergerakan perempuan di Minangkabau ditandai dengan perluasan aktivitas politik mereka melawan penjajahan Belanda. Hal tersebut tercermin dalam partisipasi mereka dalam organisasi kepemudaan seperti Jong Sumateranen Bond cabang Padang, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), dan lainnya.
Sebagai Keynote Speaker, Dr. Mutiah Amini menegaskan pentingnya menghadirkan perempuan dalam narasi sejarah untuk membongkar ketimpangan narasi masa lalu, yang tidak hanya berfokus pada perempuan, tetapi juga pada keseluruhan sejarah itu sendiri. "Dalam catatan yang kami temukan, terdapat tujuh pers yang digerakkan oleh perempuan di Sumatra Barat, di antaranya adalah: Soenting Melajoe, Djauharah, Soeara Perempoean, Asjraq, Soeara Kaoem Iboe Soematra, Keoetamaan Istri Minangkabau, dan Suara Kaoem Iboe Seoemoemnja (SKIS)," ujarnya.
Editor : Fadli
Tag :brin,pers di masa perjuangan kemerdekaan,peneliti sejarah,kolaborasi riset,
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
RESMIKAN GEDUNG BARU, MENTERI AGAMA APRESIASI SEMANGAT PRI MEMBANGUN POLITIK JUJUR DAN KEPENTINGAN RAKYAT
-
SEKJEN PRI ADITYA YUSMA SOROT PENTINGNYA PERANAN GENERASI MUDA DALAM MEMPERKUAT DEMOKRASI INDONESIA
-
TEMANHEBAT RECORDS GELAR “DYSLEXIA FESTIVAL”, KESEMPATAN BAGI ANAK DISLEKSIA INDONESIA UNTUK JADI PENYANYI
-
PROF REDA MANTOVANI DAN ADITYA YUSMA PERKUAT PERAN DAN TUPOKSI ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
-
MENUJU ERA BARU GEMILANG, PERISAI SI APRESIASI GLENNY KAIRUPAN JADI DIRUT GARUDA INDONESIA
-
PENERAPAN AKUNTANSI MANAJEMEN PADA FURNITURE BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
-
DIMANA MUSEUM KOTA BUKITTINGGI?
-
"ANAK DARO" DIKLAIM KOPI KERINCI JAMBI OLEH ROEMAH KOFFIE, POTENSI PENCAPLOKAN BUDAYA MINANG PICU KONTROVERSI
-
MEMBUMIKAN KOPI MINANG: DARI SEJARAH 1840 HINGGA GERAKAN MENANAM KAUM
-
FWK MEMBISIKKAN KEBANGSAAN DARI DISKUSI-DISKUSI KECIL