HOME - NASIONAL

  • Kamis, 15 Oktober 2020

Lomba Baca Puisi Nasional HUT Golkar Ke-56, Pewarta Minangsatu Raih Harapan III

Pengumuman pemenang lomba baca puisi nasional HUT Golkar ke-56, Kamis (15/10)
Pengumuman pemenang lomba baca puisi nasional HUT Golkar ke-56, Kamis (15/10)

Jakarta (Minangsatu) - Salah satu rangkaian acara penyambutan Hari Ulang Tahun (HUT) partai Golkar ke-56, lomba baca puisi nasional berhasil dimenangkan oleh pewarta Minangsatu Sabrina Fadilah Az-zahra/Cindy sebagai harapan III, Kamis (15/10).

Acara ini digagas oleh Bidang Media Penggalangan Opini (MPO) DPP Partai Golkar yang ditujukan kepada jurnalis media cetak, online, televisi, dan radio se-Indonesia terverifikasi Dewan Pers. 

Adapun pemenang lainnya yakni Pangeran Negara, Putu Fajar Arcana, dan Baiq Mutia sebagai juara pertama, kedua, dan ketiga. Sementara, pemenang harapan satu dan duanya ialah Dheni Kurnia dan Ramon Damora.

Keenam pemenang terpilih menjadi yang terbaik, setelah secara estetika bertarung dengan 30 peserta lainnya dari seluruh Indonesia. 

Masing-masing peserta mengirimkan dua rekaman sajak yang dibawakan. Pertama, sajak wajib milik penyair Chairil Anwar, W.S. Rendra, Sutardji Calzoum Bachri, Taufik Ismail, dan Sapardi Djoko Damono. Kedua, puisi bebas milik siapapun termasuk karya sendiri.

Berpuncak di Auditorium Abdul Muis, Gedung DPR RI, Jakarta, anggota Dewan Juri lomba ini terdiri atas Sutardji Calzoum Bachri, Lola Amaria, Wina Armada Sukardi, dan Benny Benke.

Lomba yang telah digulirkan sejak beberapa Minggu lalu itu, paling banyak diikuti sejumlah penyair cum wartawan dari Sumatera. Teristimewa dari Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Palembang, dan Riau. Sisanya berasal dari Sulawesi Tenggara, Makassar, Jatim, Jateng, dan DKI Jakarta.

Lola Amaria dalam catatan Anggota Dewan Juri mejelaskan ada kecenderungan dan sayangnya, diam-diam menjadi kesadaran publik. Dewasa ini membaca sajak biasanya dilakukan dengan dramatisasi yang berlebihan.

Akibatnya, pembacaan sajak justru menjadi artifisial, berlebihan (lebai), dan menjadi tidak wajar. Banyak yang membaca sajak dengan cara marah-marah.

"Hal ini menjadi makin memprihatinkan karena pembaca sajak justru seperti kehilangan orientasi atas sajak yang dibawakannya”, tutur Lola Amaria.

Wakil Ketua Umum Korbid Komunikasi dan Informasi Partai Golkar Nurul Arifin dalam sambutannya mengaku terkejut akan animo masyarakat. Teristimewa sejumlah penyair di ajang yang kali pertama bergulir ini.

"Surprise dengan animo masyarakat. Apalagi pesertanya adalah penyair yang juga wartawan. Intinya, Golkar ingin bersama media, kalau media maju, Indonesia kuat. Golkar ingin membuat negara ini establish," kata Nurul Arifin yang hadir mewakili Ketuua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto yang juga sempat membacakan sajak "Menatap Merah Putih", Sapardi Djoko Damono via tapping.

Meutya Hafid, Ketua Komisi I DPR RI sekaligus selaku penggagas ajang ini berharap agar gelaran luar biasa ini akan menyempurna di tahun berikutnya.

"Yang masuk (puisinya) bagus-bagus. Jadi memang tidak mudah menilainya. Apapun itu, dunia politik harus dekat dengan dunia seni agar kita sama-sama dapat berkarya dengan rasa”, jelas Meutya Hafid.

Apa yang dikatakan Meutya Hafid dibenarkan pula oleh salah seorang Dewan Juri, Sutardji Calzoum Bachri. Mengutip John F. Kennedy, Sutardji mengatakan; "Jika politik bengkok, puisi akan memperbaikinya," katanya.

Sutardji menerangkan, puisi (sebenarnya) tidak berindah-indah dan bercantik-cantik dengan kata-kata. 

"Kalau mau berindah indah dengan kata-kata, (pergi) ke iklan saja. Puisi adalah roh, harga hidup, nilai-nilai baru. Karena Puisi memberikan tambahan makna pada kata-kata. Ada pemberdayaan pada kata-kata. Perbedayaan terjadi karena imajinasi hanya bisa dilakukan dengan kata-kata. Tuhan mengawali semua dengan kata, kun.....," pungkasnya sebelum membacakan sajaknya sendiri berjudul "Tanah Air Mata", yang diawali dengan menembang "Summertime" milik George Gershwin dengan stamina dan daya pukau yang masih luar biasa.

Di tempat yang sama, Ketua Dewan Juri, Wina Armada Sukardi mengatakan penilaian tidak parsial, tetapi in toto (menyeluruh). Atau angka belakangan karena angka menunjukkan relativitas belaka. Meski parameternya sama.

Turunannya, masih menurut Wina Armada Sukardi, tiap anggota Dewan Juri hanya menggradasikan penilaiannya. Kemudian tinggal dicocokkan 10 nama dari masing-masing pilihan Anggota Dewan Juri. Dari 10 nama yang dikumpulkan itu akhirnya ditemukan irisan pemenang yang sebelumnya kembali diuji nama-nama puncaknya.


Wartawan : Sabrina Fadilah Az-zahra
Editor : susi

Tag :#LombaBacaPuisiNasional #HUTGolkar56 #PewartaMinangsatu #HarapanIII

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com