HOME KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT
- Senin, 19 November 2018
RSUD Solok Raih Akreditasi Dengan Prediket Paripurna Tiga Tahun Berturut-Turut
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Solok kembali meraih prediket paripurna pada akreditasi yang dilaksanakan tahun 2018 ini. Dengan demikian, rumah sakit yang berlokasi di Simpang Rumbio Kota Solok ini telah tiga kali bertutur-turut mendapat prediket paripurna, sejak tahun 2016.
Tahun lalu, rumah sakit tipe B milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat ini, juga berhak atas prediket tertinggi, yakni paripurna tersebut. “Kita mendapat predikte paripurna pertama kali pada tahun 2016,” ujar Direktur RSUD Solok drg Ernoviana, M.Kes saat ditemui Minangsatu, Senin (19/11).
Akreditasi dengan prediket paripurna adalah kualifikasi tertinggi dari penilaian rumah sakit. “Tahun ini kita kembali meraih akreditasi paripurna. Ini tidak lepas dari upaya semua komponen di rumah sakit ini, terutama pokja-pokja yang sudah menindaklanjuti beberapa rekomendasi tim penilai saat akreditasi tahun lalu,” tukuknya.
Disebutkan, ada limabelas kelompok kerja (pokja) yang dibentuk sesuai pengelompokan variabel yang dinilai dalam akreditasi, sebagaimana yang diintrodusir oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). “Tiap-tiap pokja bertanggungjawab untuk memastikan indikator-indikator yang ada dapat dicapai. Bahkan kalau perlu melebihi batas minimalnya,” tukas Ernoviana.
Untuk tahun 2019 yang akan datang, akreditasi rumah sakit menggunakan standarisasi baru yang disebut dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS). Menurut Ernoviana, ada dua hal baru yang membedakan akrediatsi sistem SNARS dengan akreditasi sebelumnya yang menggunakan metode KARS, yakni berkenaan dengan metode dan adanya aspek penilaian yang ditambahkan.
“Akreditasi dengan SNARS menggunakan metode Redows yakni metode yang menggabungkan antara kesesuaian pelayanan dengan regulasi, pendokumentasian, observasi, wawancara dan simulasi,” kata Ernoviana. Redows itu sendiri adalah kependekan dari Regulasi, Dokumentasi, Observasi, Wawancara dan Simulasi.
Sedangkan aspek yang ditambahkan untuk akreditasi dengan SNARS adalah aspek PRA (pengendalian resistensi antimikroba) dan pelayanan geriatri (lansia). “Akreditasi sebelumnya tidak memasukkan aspek PRA dan pelayanan lansia sebagai sesuatu yang dinilai,” tutur Ernoviana.
Sementara itu, terkait kinerja rumah sakit berkenaan dengan perannya merawat/mengobati pasien, menurut Wakil Direktur (Wadir) Umum & SDM, dr Elfahmi, Sp.THT, lebih disebabkan faktor nonfarmakologi. “Aspek farmakologi, atau berkaitan dengan pengobatan, sudah ada standar baku yang berlaku umum, di manapun rumah sakitnya.”
Untuk bersaing antar rumah sakit, maka yang dominan menentukan adalah hal-hal yang bersifat non farmakologi. “Aspek non farmakologi merupakan edukasi pada pasien menyangkut pencegahan, pengobatan, komplikasi dan peningkatan stamina tubuh. Jadi tergantung pada petugas mengedukasi pasien. Inilah yang menentukan kualitas pelayanan sebuah rumah sakit. Intinya adalah service dalam aspek nonfarmakologi itu,” tutur Elfahmi. (te)
Editor :
Tag :Akreditasi RSUD Solok
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR RESMI NAIK STATUS JADI RUMAH SAKIT TIPE A, GUBERNUR MAHYELDI: INI KABAR BAIK UNTUK MASYARAKAT SUMBAR
-
GUBERNUR TERPILIH SUMBAR, MAHYELDI, JALANI MEDICAL CHECK-UP JELANG PELANTIKAN
-
GUBERNUR MAHYELDI RESMIKAN STATUS BLUD PADA UPTD BKOM DAN PELKES SUMBAR
-
DISKUSI INTENS DENGAN BADAN GIZI DAN FORKOPIMDA, GUBERNUR MAHYELDI BERKOMITMEN SUKSESKAN MAKAN BERGIZI GRATIS DI SUMBAR
-
GUBERNUR MAHYELDI TEGASKAN MASALAH PLASENTA AKRETA, KANKER SERVIKS MENJADI TANTANGAN BAGI KESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA
-
DATANGLAH KE RANAH MINANG
-
MUSIK SEBAGAI MOOD BOOSTER DI TENGAH KESIBUKAN
-
DINAKHODAI ARISAL AZIZ, OPTIMISTIS MATAHARI KEMBALI BERSINAR TERANG DI SUMBAR
-
TRANSFORMASI PSIKOLOGI ANAK MELALUI PENDIDIKAN INKLUSIF DAN HUMANISTIK
-
PSIKOLOGI HUMANISTIK PADA TOKOH YASUAKI YAMAMOTO DALAM NOVEL “TOTTO-CHAN GADIS KECIL DI PINGGIR JENDELA” KARYA TETSUKO KUROYANAGI