HOME LANGKAN TAMBO

  • Kamis, 23 Januari 2025

Malam Bainai: Merajut Harapan Dan Restu Dalam Adat Pernikahan Minangkabau

Malam Bainai:
Malam Bainai:

Malam Bainai: Merajut Harapan dan Restu dalam Adat Pernikahan Minangkabau

Oleh : Andika Putra Wardana

Malam Bainai, sebuah tradisi yang kuat dalam adat pernikahan Minangkabau, bukan hanya serangkaian acara seremonial. Ia adalah kumpulan doa, harapan, dan harapan yang dirajut untuk mengiringi perjalanan seorang calon pengantin wanita (anak daro) menuju gerbang kehidupan berumah tangga. Malam Bainai memiliki makna filosofis yang mendalam yang lebih dari sekadar pewarnaan kuku dengan inai. Ini lebih dari sekadar menunjukkan nilai-nilai luhur yang dipegang oleh orang Minangkabau.

Pemberian inai pada kuku calon pengantin adalah inti dari Malam Bainai. Kata "bainai" berasal dari kata "inai", yang merupakan nama tumbuhan yang menghasilkan warna merah secara alami. Inai dalam budaya Minangkabau melambangkan keberkahan, kesucian, dan kecantikan.

Selain meningkatkan penampilan seseorang, pemberian inai ini mengandung harapan bahwa anak daro akan hidup dengan kebahagiaan, kesetiaan, dan keharmonisan dalam rumah tangganya. Malam Bainai juga menandai perubahan status anak daro dari gadis lajang menjadi istri. Ini adalah momen perenungan dan persiapan mental untuk memasuki babak baru dalam kehidupannya.

Persiapan anak daro dimulai dengan mengenakan pakaian adat Minangkabau yang indah, seperti baju kurung atau pakaian tradisional lainnya yang dihiasi dengan warna-warna cerah. Suntiang kecil atau bunga-bunga segar di rambutnya adalah aksesori klasik yang menambah keanggunannya. Sebelum memberi inai, biasanya mandi-mandi atau balimau dilakukan.

Malam Bainai melibatkan anak daro, keluarga inti (terutama ibu, nenek, dan bibi), kerabat wanita, sesepuh adat, dan terkadang juga tokoh masyarakat.Prosesi Malam Bainai dimulai dengan menyiapkan anak daro. Kemudian, mereka mandi atau mandi dengan balimau. Kemudian, mereka memberikan inai dengan doa dan petuah, dan prosesi diakhiri dengan musik atau doa.

Prosesi ini menggunakan air yang dicampur dengan bunga-bunga dan daun-daunan seperti sitawa sidingin, melambangkan pensucian diri secara fisik dan spiritual. Setelah itu, para sesepuh keluarga memercikkan air ke anak daro sebagai tanda doa dan restu. Setelah prosesi mandi selesai, keluarga terdekat anak daro ibu, nenek, atau bibi mengoleskan inai pada kuku jari tangan dan kaki anak daro.

Dalam kebanyakan kasus, setiap orang yang memakaikan inai menyampaikan doa atau pesan kepada calon pengantin. Pembacaan doa bersama atau musik tradisional Minangkabau biasanya mengiringi suasana Malam Bainai, yang menciptakan suasana yang hangat dan penuh kebersamaan. Malam Bainai adalah malam sebelum resepsi pernikahan atau akad nikah. Waktu ini dipilih karena menandai malam terakhir calon pengantin wanita sebagai seorang gadis lajang. Malam Bainai biasanya dilakukan di rumah calon pengantin wanita atau di tempat yang telah diputuskan oleh keluarga.

Prof. Dr. Gusti Asnan, Guru Besar Sejarah Universitas Andalas, dalam berbagai tulisannya tentang kebudayaan Minangkabau mengatakan bahwa  tradisi seperti Malam Bainai berperan penting dalam menjaga identitas budaya dan memperkuat kohesi sosial masyarakat. Beliau menekankan bahwa tradisi ini bukan sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan yang mengandung nilai-nilai moral dan etika.


Wartawan : Andika Putra Wardana
Editor : melatisan

Tag :#Malam Bainai #Adat Pernikahan Minangkabau

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com