Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter, SMPN 12 Sijunjung Gelar Porseni

Lubuak Tarok (Minangsatu) - Dalam pelaksanaan dan mengimplementasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di SMPN 12 Sijunjung, sebagai penutup proses belajar mengajar (PBM) 342 siswa, ambil bagian dalam perlombaan olahraga dan seni (Porseni). Setidaknya ada enam cabang yang dilombakan dan dikemas oleh para siswa melalui organisasi OSIS.

Seperti yang disebutkan Kepala Sekolah  Evi Delvita, S.Pd, MM.Pd, saat kegiatan pentas kelas di komplek sekolah itu, Lubuak Tarok, Selasa (17/12), mengatakan bahwa kegiatan pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler sudah dilakukan bersama jajaran sekolah, pihak pemerintahan nagari, komite bersama walimurid sejak dua tahun belakangan.

"Semua kegiatan tetap mengedepankan nilai agama dan budaya," ujar Devi.

Senada dengan Devi, sejumlah wali murid yang hadir, juga memberikan apresiasi kepada kepala sekolah bersama jajaran. Menurut para orang rua berkat koordinasi yang diciptakan kepala sekolah bersama jajaran sekolah ini bisa berkembang dan secara perlahan sudah dapat dirasakan masyarakat. Sebagai bukti nyata disebutkan, lolosnya tim PBB sekolah ini, mewakili Sijunjung, ke tingkat Sumbar. " Walau hanya harapan II, tapi sudah bisa berbicara di tingkat Sumbar," ujar Erlinda Yenni, salah seorang walimurid yang juga pengurus Komite.

Menurut Devi, didampingi salah seorang guru, Efiardi,  tujuan pendidikan saat ini tidak terfokus pada nilai akademik saja, melainkan ada tiga hal yang mesti menjadi tujuan utama, diantaranya pembentukan Karakter, bisa  berkompetensi dan Kemampuan Berliterasi atau membaca perubahan. Melalui pelaksanaan ekstra kurikuler ini dapat minggiring siswa yang dapat berkompetensi, bersaing serta membaca peluang untuk bisa hidup layak dan mempunyai budi luhur, beriman dan bertagwa.

Bersamaan dengan kegiatan PPK, pihak sekolah bersama Komite juga membentuk jiwa kewirausahaan kepada siswa. Selama pentas seni, sambung Devi, peran OSIS, melakukan bazar menjual makanan dan pernak pernik hasil karya siswa." Semua pembeli transaksi vucer bukan dengan uang kontan," ujar Kepala Sekolah yang cukup kreatif ini.