HOME PROFIL NASIONAL

  • Selasa, 3 Juni 2025

Eksklusif Bersama H. Arisal Aziz: Politikus Sunyi Yang Mengabdi Tanpa Gimik

Anggota DPR RI dari Fraksi PAN Komisi XIII, H. Arisal Aziz
Anggota DPR RI dari Fraksi PAN Komisi XIII, H. Arisal Aziz

Eksklusif Bersama H. Arisal Aziz:  Politikus Sunyi yang Mengabdi Tanpa Gimik

Padang (Minangsatu) – Di tengah hiruk-pikuk politik yang penuh dengan panggung dan pencitraan, nama Arisal Aziz, Anggota DPR RI dari Fraksi PAN Komisi XIII, justru mencuat lewat keheningan. Ia bukan tipe politisi yang suka tampil atau teriak-teriak di media. Tapi sepak terjangnya—yang senyap namun nyata—menunjukkan satu hal, pengabdian tanpa syarat.

Berbagai pandangan dan pendapat berseliweran melihat gaya politik putra asli Kampuang Dalam Kabupaten Padang Pariaman ini. Dengan terbuka, founder Indah Group menjawab berbagai pertanyaan terkait pemilihan Ketua DPW PAN Sumbar hingga arah perpolitikannya menjelang Pilkada 2029 nanti.

Berikut petikan wawancara ekslusif dengan H. Arisal Aziz bersama media, Senin (02/06/2025).

Katanya Bapak tak diundang dalam Muswil PAN Sumbar, tapi malah dipilih oleh Ketua Umum Zulkifli Hasan. Pendapatnya Pak?

“Ya, saya memang tidak diundang, dan saya juga tidak hadir. Tapi Ketua Umum memanggil saya secara langsung. Mungkin beliau butuh orang yang tidak mencari jabatan, tapi bisa mengisi jabatan dengan kerja nyata,” ungkapnya.

Bagaimana dengan diam saat dijegal, tapi justru melaju?

“Saya tidak menampik bahwa upayanya menuju Senayan diwarnai tantangan. Tak sedikit pihak yang mencoba menjegalnya, baik secara politis maupun struktural. Namun saya memilih diam. Saya tidak perlu ribut. Kalau memang jalan ini diberikan oleh Tuhan, maka akan sampai juga,” tuturnya.
Strateginya justru tidak membalas. Tidak menggugat. Tidak menyerang balik. “Saya tahu siapa yang bekerja untuk rakyat, dan siapa yang bekerja untuk diri sendiri. Biarlah waktu yang menilai,” katanya singkat.

Motivasi terbesar Bapak hingga duduk di Senayan?

“Saya tidak butuh uang dari politik. Saya sudah cari uang sebelumnya. Sekarang saya mengabdi. Bukan mengabdi untuk cari muka, lalu cari uang dari jabatan. Itu bukan saya,” ujarnya tegas.

“Gaji dan tunjangan di DPR tidak saya ambil sepersen pun. Itu untuk petugas pemandi jenazah di kampung halaman saya. Begitu juga dengan ambulans gratis dan beras gratis, itu adalah dari keuntungan bisnis yang keluarga saya Kelola,” imbuhnya.

Visi yang Bapak usung selama ini sepertinya sudah selaras dengan Slogan PAN: “Bantu Rakyat”, bagaimana itu?

“Ya, visi saya senapas dengan slogan partai: Bantu Rakyat. Maka saya menyusun program-program konkret yang langsung menyentuh kebutuhan dasar. Saya menyediakan ambulans gratis dan berbagi untuk anak yatim melalui yayasan saya. Kita ini di parlemen bukan untuk membuat rakyat bertepuk tangan karena kita pidato. Kita harus bantu yang lapar, yang sakit, yang butuh pertolongan,” ucapnya dengan nada datar tapi dalam.

Tak melulu di politik, kabarnya Bapak juga membangun Akademi Sepakbola Berbasis Pesantren? Itu seperti apa?

“Tak hanya sektor sosial dan kesehatan, saya juga memberi perhatian pada dunia olahraga dan pendidikan karakter di Sumatera Barat. Saya membangun akademi sepakbola berbasis pesantren pertama di Sumatera Barat”.
“Namanya Josal Football Academy. Tapi saya ingin ini lebih dari sekadar latihan bola. Saya ingin anak-anak kita disiplin, beriman, dan punya masa depan. Jadi saya kombinasikan dengan sistem pesantren,” jelasnya.

“Akademi ini membuka ruang bagi anak-anak muda dari kalangan tidak mampu untuk tetap punya harapan. Banyak orang tua bilang ke saya: ‘Pak, anak saya suka bola, tapi kami tidak punya biaya.’ Nah, akademi ini jawabannya. Gratis dengan syarat anak bapak harus hafal Al qur’an juz 30,” tegasnya.

Lalu penilaian tentang Bapak yang tidak populis, tapi solutif?
*
“Saya tahu langkah-langkahnya tidak selalu populis. Tapi bagi saya, hasil lebih penting daripada tepuk tangan. Saya tidak pandai pidato. Tapi saya selalu menciba mencari cara menyelesaikan persoalan,” ujarnya merendah.

“Saya tidak perlu jadi menteri. Tidak perlu jadi ketua apa pun. Asal bisa terus mengabdi, itu sudah cukup,” kata pria yang juga dikenal dekat dengan komunitas petani dan nelayan ini.

Sebagai wakil rakyat dimana Bersama Rakyat, Bukan di Atas Rakyat, itu seperti apa Bapak menggambarkannya?

“Bagi saya, wakil rakyat harus menjadi bagian dari rakyat. Kalau rakyat antre beras, kita jangan duduk di hotel bicara soal kemiskinan. Turun, lihat, dengar, dan bantu. Itu baru politik sehat,” tegasnya.

Banyak dukungan mengalir untuk bapak, bagaimana menyikapi ini?

“Meski gerakan sunyi mulai mendapat simpati luas, saya tidak terbuai. Saya tetap menjaga jarak dari hingar bingar kekuasaan. Banyak yang mulai datang memberi dukungan. Tapi saya selalu ingatkan diri: jangan berubah. Karena kuasa itu bukan untuk diagungkan, tapi untuk digunakan membantu,” ujarnya.

Saya akan terus jalan, dengan atau tanpa sorotan, itu seperti apa Bapak?

“Saya akan terus jalan, dengan atau tanpa sorotan media. Yang penting, rakyat tahu saya ada.”

“Dan begitulah, di era politik penuh sorotan kamera, saya memilih berjalan dalam diam. Tapi dari langkah-langkah sunyinya, banyak yang kini merasakan terang”. (*)


Wartawan : Rusmel
Editor : melatisan

Tag :#Arisal Aziz #Tanpa Gimmic

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com