HOME SOSIAL BUDAYA KOTA PADANG

  • Jumat, 4 Februari 2022

Buya Mahyeldi: Tokoh Minangkabau Selalu Tampil Memberi Solusi

Buya Mahyeldi Ansharullah, Gubernur Sumatera Barat, saat menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Al Azhar UNP, 4 Februari 2022
Buya Mahyeldi Ansharullah, Gubernur Sumatera Barat, saat menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Al Azhar UNP, 4 Februari 2022

Padang (Minangsatu) - “Ketika bangsa dan Negara dihadapkan kepada permasalahan yang sulit, tokoh-tokoh Minangkabau tampil ke depan memberi solusi.”

Demikian disampaikan Buya Mahyeldi Ansyarullah, Gubernur Sumatera Barat dalam Khutbah Jumatnya di Masjid Al Azhar Universitas Negeri Padang pada Jumat 04 Februari 2022 kemarin.

Buya memberi contoh, ketika baru satu hari merdeka, telah muncul riak-riak perpecahan, karena ada yang tidak setuju dengan Piagam Jakarta, maka Mohammad Hatta tampil memotori kesepakatan untuk kembali kepada format Pancasila sebagaimana ada dalam Pembukaan UUD 1945.

“Begitu juga, ketika Yogyakarta sebagai Ibukota Negara dikuasai Belanda saat Agresi Belanda ke II pada 19 Desember 1948, yang berhasil menawan Sukarno dan Mohammad Hatta selaku Presiden dan Wakil Presiden. Belanda menyatakan ‘Indonesia telah tamat’. Hal itu dijawab oleh Orang Minangkabau, ‘Indonesia masih ada!’ dengan mendeklarasikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada 22 Desember 1948”, katanya.

Belanda segera menggempur Minangkabau, tetapi berkat menyatunya tentara dengan rakyat, Syafruddin Prawiranegara berhasil menjalankan pemerintahan selama 207 hari dan kemudian menyerahkannya kembali kepada Sukarno-Hatta. PDRI telah menyambung nyawa Indonesia. Jika tidak ada PDRI entah bagaimana keberadaan Indonesia setelah itu.

Buya melanjutkan, kemudian tahun 1950 Belanda member pengakuan Negara kita sebagai Negara Republik Indonesia Serikat. Bentuk Negara tersebut tidak sesuai dengan harapan perjuangan bangsa. Oleh sebab itu, pada 3 April 1950 tampil tokoh  Minangkabau Muhammad Natsir, dengan ‘Mosi Integral Natsir’ yang kemudian disambut oleh Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri Mohammad Hatta. Maka, pada 17 Agustus 1950 Sukarno berpidato menyatakan kembali ke Negara Republik Indonesia.

Buya Mahyeldi mengajak ratusan jamaah masjid megah UNP itu agar mengambil hikmah dari Surah 03 Ali Imran ayat 51-53, yang terjemahannya berbunyi: Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus" (51). Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri (52). Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)" (53).

Sebagai penutup, Buya berpesan, dalam keadaan susah, dalam keadaan permusuhan begitu mudah disulut saat ini, mari kita menjadi pelopor-pelopor menjadi orang terdepan merawat persatuan, mengokohkan sinergi, membangun kolaborasi, membangun kerja sama, memantapkan persatuan. Orang yang suka mengadu domba adalah orang musyrik. Orang musrik itu suka mengadu domba, suka menyebarkan hoaks, mereka terlaknat di sisi allah Swt. Mari kita ambil pelajaran, ketika kita dihadapkan kepada persoalan yang sulit, mari kita membangun soliditas.*


Wartawan : CWH
Editor : Benk123

Tag :#mahyeldi

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com