HOME OPINI OPINI

  • Senin, 2 Oktober 2023

Fusi Di Tubuh PWI

Hendro Basuki, wartawan, anggota PWI
Hendro Basuki, wartawan, anggota PWI

Fusi di Tubuh PWI

Oleh : Hendro Basuki
 

Nuclear fusion is the process by which two light atomic nuclei combine to form a single heavier one while releasing massive amounts of energy.

Fusion reactions take place in a state of matter called plasma — a hot, charged gas made of positive ions and free-moving electrons with unique properties distinct from solids, liquids or gases. (IAEA)

Bagi penggemar ilmu fisika, melihat Kongres ke-25 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Bandung mirip seperti ledakan yang dihasilkan dari fusi nuklir. Saya, termasuk yang mempercayai dan penggemar teori fusi itu dalam kehidupan sehari-hari.

Pada saat penulis tahu bahwa ada beberapa rekan yang berminat mencalonkan diri menjadi ketua umum, harapan penulis segeralah mereka konsolidasi. Jauh hari pula, penulis  berharap bahwa jika mencalonkan diri, jangan setengah hati untuk sekadar dihitung masuk "kabinet".

Sebenarnya, PWI memiliki stok kader berlimpah untuk menjadi ketua umum. Tetapi, tentu _jer basuki mawa bea_ . Bahwa yang baik itu memerlukan "biaya" . Maksud " biaya" di sini adalah waktu, konsentrasi, perhatian, pertimbangan keluarga, dan lain-lain. Dan, ketika sampai di kongres, kita semua tahu ternyata hanya tiga saja yakni Atal Sembiring Depari (ASD), Hendry Chaerudin Bangun(HCB), dan Zulmansyah Sakedang (ZS). Seperti layaknya sebuah kontestasi, tentu ada drama yang selalu mengikuti. Bukan drama itu yang penulis ingin bahas, tetapi justru pascanya.

Fakta Kemenangan

Ketika HCB menang, jelas ada fakta terbantu ZS. Eksisnya ZS, karena kesetiaan follower. HCB sendiri memiliki follower yang setia sejak Kongres Solo 2018 lalu. Gabungan dari dua tokoh tersebut memperlihatkan apa yang penulis sebut sebagai kesetiaan followers. Lalu muncul Sasongko (Sas/Ssk) yang terpilih secara aklamasi. Mungkin mengagetkan. Kok aklamasi? Tetapi tidak bagi penulis yang pernah lama sebagai rekan kerja,  jadi, tahu persis kapasitasnya. Dalam konteks itulah penulis ingin mengatakan, konfigurasi ketiga figur ini menarik. Latar belakang budaya juga berbeda, tetapi semua matang berorganisasi. 

Konfigurasi ini menarik dilihat dari banyak sisi. Pertama, di level  pertama yakni HCB dan Sas umurnya 60 lebih, dan matang mengelola PWI. Datang figur baru di level pusat ZS yang mungkin lebih muda 10-12 tahun dari keduanya. Maka, transfer manajerial lebih mudah berlangsung. Kedua, ZS datang dari provinsi. Tentu dia memahami dinamika dan seluruh angan-angan orang provinsi. Ketiga, HCB dan ZS datang dari kultur yang lebih egaliter, terbuka, dan to the point. Sedangkan Sas datang dari latar belakang budaya tenang, pengendalian diri ala Jawa, tetapi tumbuh sebagai organisatoris lama baik di PWI, maupun di Palang Merah Indonesia (PMI). 

Dengan konfigurasi figur seperti itu sebenarnya sangat ideal bagi organisasi semacam PWI. Tingkat rivalitas pribadi untuk saling menonjol, minimal. Keterikatan saling hutang budi, relatif seimbang. Di samping, kematangan figur sudah diuji sebelumnya di level masing-masing. Lebih dari itu, ketiganya telah diterima sebagai pemenang dalam kongres. Maka, mereka telah mengantongi tiket lebih dari cukup untuk mengelola PWI.

Tantangan

Meski demikian, tantangan yang dihadapi tidaklah ringan. Satu contoh saja. Kadang tuntutan anggota kepada organisasi itu terlalu besar dan wah. Bahasa sederhana penulis, iuran bulanan saja susah tapi meminta semua serba gratis. Ini adalah realitas yang tidak bisa ditutupi. 

Kadang penulis membayangkan, jika masing-masing anggota iuran Rp 500.000/orang/tahun dengan jumlah minimal 10.000 anggota, maka sebagai organisasi, PWI akan terlihat jauh lebih gagah. Konsekuensinya, berapa dapat apa? Tentu, anggota akan terlayani dengan mudah misalnya menyangkut diterimanya pendidikan profesi yang jauh lebih baik. Ideal, tetapi penulis paham, semua itu tidak mudah.

Tantangan yang sangat tidak ringan adalah peningkatan kapasitas profesional, pengetahuan, dan ketrampilan profesi. Ada fakta di depan mata, semua sudah sedemikian berubah. Maka, agenda utama PWI segeralah menyusun rencana strategis (Renstra) 5-10 tahun ke depan. Tidak ada waktu lagi. Libatkan semua stakeholders, dengarkan mereka, uji gagasannya, dan susun agendanya.

Fusi Nuklir

Dengan pelibatan semua unsur hebat yang dimiliki PWI saat ini, saya membayangkan terjadi fusi yang yang dahsyat sekali. Seperti dalam sebuah fusi nuklir, adalah penggabungan energi yang bisa meledakkan energi berlipat-lipat dari energi awalnya.

Mungkin saya sedang  bermimpi, tetapi itu lebih baik dari pada tidak pernah mimpi. Dan, sidang pembaca pasti paham, mimpi yang besar seringkali menuntun manusia untuk mendapatkannya, bahkan lebih besar pula. Fusi ketiga figur bukan hanya terjadi di kongres, tetapi justru penulis harapkan sesudahnya. Bravo PWI.

 

Penulis adalah anggota PWI


Tag :#pwi #masadepanpwi #pegurusbarupwi

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com