HOME SOSIAL BUDAYA PROVINSI SUMATERA BARAT
- Minggu, 8 Maret 2020
Stempel Turki Di Istana Silinduang Bulan, Bukti Hubungan Turki-Minangkabau Telah Terbuhul Sejak Dahulu Kala

Padang (Minangsatu) - Kunjungan Duta Besar (Dubes) Turki untuk Indonesia, Prof. Mahmud Erol Kilic, serta Dubes Herzegovina Mehmed Halilovic, Minggu (8/3), ke Sumatera Barat (Sumbar) dalam rangka Friendship Night Indonesia, Turki and Herzegovina di Rumah Budaya Fadli Zon, Aie Angek Cottage, dinilai penting dan dapat dijadikan momentum membuka lembaran sejarah lama tentang hubungan Minangkabau-Turki.
Demikian dikatakan sejarahwan Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol, Padang, Dr Yulizal Yunus, secara tertulis sebagaimana dikirimkan ke redaksi Minangsatu, Minggu (8/3).
Yulizal Yunus yang juga adalah budayawan dan pemangku adat ini, menulis,"Penting untuk menelisik hubungan Turki dan Indonesia khususnya hubungan Pagaruyung (Sumatera Barat) dengan negara super power dunia Islam kala itu. Ada fakta hubungan itu pada pusaka lama," ujar Yulizal Yunus.
Ditegaskan, fakta pertama adalah adanya stempel Turki di Istana Silindungan Bulan Kesultanan Pagaruyung di Tanah Datar. "Dan kedua, ada Komplek Pemakaman Turki di Padang," tulisnya.
Lebih lanjut, berikut ini tulisan Yulizal Yunus tersebut.
Tentang makam Turki ini apakah ada hubungan dengan saudagar besar Firma Turkie Kota Padang akhir abad ke-19, yakni Turkie gelar Bagindo Marah seperti yang ditulis Suryadi di Skh. Singgalang 29 Juni 2014. Sulit pula dipastikan. Sebab di sisi lain ada stempel Sultan Turki di Istana Silindung Bulan Kesultanan Minangkabau Darulqarar di Pagaruyung (Kesultanan Pagaruyung), siapa tahu ada sejarah yang tak terungkap hubungan Minangkabau dan Turki masa lalu.
Justru disebut-sebut Turki sudah sejak lama mempunyai hubungan persahabatan dengan Indonesia. Sejak abad ke-12. Abad itu tidak saja mengembangkan kebersamaan menyangkut urusan penyebaran Islam, bahkan abad ke-16 sudah disejarahkan pula hubungan diplomatik dan ekspedisi Turki ke Aceh. Aceh tahun 1564 mengirim Duta ke Turki, yakni Aceh masa Sultan Alauddin al-Qahhar (1539-1571) dan Turki masa Suleman Agung (1520 -1566). Juga Aceh dalam melawan Portugis di Malaka, minta bantuan pasukan Turki tahun 1562, bahkan sejata sebut Suryadi dalam pecakapan dengan WA, 7 Maret.
YDP Puti Reno Kesultanan Pagaruyung Darulqarar Prof. Dr. Rauda Thaib, menyebut di Aceh dan Mataram ada ditinggalkan Payung Kesultanan Turki. Di Minangkabau ada Stempel Sultan Turki. Tidak diketahui secara pasti apakah payung Turki ditinggalkan, filosofinya untuk memayungi wilayah kerajaan sahabat dan memancangkan panji-panji Islam sebagai gerakan pengembangan Islam di berbagai kawasan dan atau menangkal penjajah, atau apakah ada filosofi lain?
Demikian pula di Kesultanan Pagaruyung tadi disebut, ada peninggalan Stempel Sultan Turki seperti juga disebut Rauda, peninggalan payung Turki di Aceh dan Mataram. Setempel sebagai perlengkapan kekuasaan, apakah terjadi abad ke-16 itu, atau seabad sebelumnya (abad ke-15) karena ada hubungan traveling perkawinan Raja Perempuan Minangkabau di Jambi Tuan Puti Salarai Pinang Masak dengan pangeran Kesultanan Turki Ahmad Barus II yang kemudian dikenal Datuk Berhala setelah terdampar di pulau berhala tahun 1460.
Datuk Berhala (wafat 1480) ialah saudara pangeran anak raja Turki di Istambul yakni Abd al-Gaffar dan Abd al-Aziz (disebut raja Istambul pengganti ayahnya) itu, menikah dengan cucu Adityawarman (Raja Kerajaan Pagaruyung, wafat 1379) yakni Tuan Puti Salarai Pinang Masak. Pernikahan dua bangsawan itu diperkirakan setelah Datuk Berhala di Jambi tahun 1460. Tuan Puti Selarai Pinang Masak istri Datuk Berhala itu pernah menjadi Raja di Kerajaan Sungai Nyalo (pantai barat Sumatera, kawasan Tarusan Pesisir Selatan sekarang), kemudian menjadi raja di Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu (di Solok Selatan sekarang), selanjutnya menjadi raja perempuan di Tanjung Jabung Jambi setelah wafat Raja Jambi Tun Talanai seperti disebut-sebut termaktub dalam “Undang-undang Piagam Pencacahan Jambi”.
Perkawinan Tuan Putri Salarai Pinang Masak dengan Datuk Berhala, menurut YDP Puti Reno Silindungan Bulan Kesultanan Pagaruyung Darulqarar Prof. Dr. Rauda Thaib, melahirkan anak 4 orang bergelar orang rangkayo, yakni: Pingai, Kedataran, Itam (Hitam) dan Gapuk (Gemuk). Rangkayo Itam bin Datuk Berhala Sultan Jambi itu menikah dengan anak Sultan Agung Rajo Mataram. Karenanya kalau Sultan Pagaruyung menulis dan mengirim surat ke Raja Mataram dipanggilnya sebagai cucunda. Artinya disebutnya Raja Mataram itu sebagai cucunya raja Pagaruyung.
Dari cuplikan sejarah Kesultan Pagaruyung dan hubungan dengan Kesultanan Jambi dan Mataram dan fenomena ekspedisi Turki ke Aceh serta peninggalan payung Turki di Aceh dan Mataram serta stempel Turki di Pagaruyung menunjukkan Indonesia dan Turki sudah punya hubungan persahabatan bilateral dan kerjasama kebudayaan bahkan hubungan diplomatik sejak lama. Hubungan diplomatik setelah Indoneisa merdeka, disebut sejak tahun 1950 pasca pengakuan Turki kepada Indonesia sebagai Republik tahun 1949.
Sampai sekarang di Ankara ibu kota Turki berkantor Duta Besar Indonesia. Demikian pula di Ibu Kota Republik Indonesia Jakarta ada Duta Besar Turki sejak 1957 dan Konsulat Kehormatannya di Medan sejak 1996. Kini Dubes Turki negara sahabat ini dijabat Yang Mulia Prof. Mahmud Erol Kilik.
Pecah khabar Dubes Turki tadi berkunjung ke Sumatera Barat, Minggu 8 Maret 2020 ini. Ia hadir dalam Forum Frienship Night Indonesia – Turkey, Bosnia and Herzegovina, Minggu itu pukul 16.00 wib, di Rumah Budaya Fadlizon Aie Angek Cottage Jl. Raya Padang Panjang – Bukittinggi km-6 Sumatera Barat.
Hadir juga Dubes Bosnia and Herzegovina Mehmed Halilovic di samping Dr. Fadli Zon sendiri (Budayawan dan Politisi), Fahri Hamzah (Intelektual dan Politisi), Neno Warisman (Seniman dan Penggiat Sosial) Dr. Rahmi Fahmi (Penyair dan Akademisi). Hadi pula Dr. Shofwan Karim (Budayawan Ketua Pusat Kebudayaan Minangkabau) serta Hasril Chaniago (Budayawan dan Wartawan) dan budayawan lainnya.
Apakah forum ini bagian dari rangkaian kegiatan memperingati 70 tahun hubungan bilateral Indonesia – Turki? Yang pasti Frienship Night Indonesia – Turkey, Bosnia and Herzegovina ini dianggap penting oleh budayawan di Sumatera Barat, sebut Hasril Chaniago via callnya beberapa hari lalu di Padang. Siapa tahu event ini menjadi momentum menggali hubungan antar budaya Turki dengan Minangkabau sejak lama. Justru ada pula fakta, seperti tadi disebut ada peninggalan Stempel Raja Turki di Istana Silinduang Bulan Kesultanan Pagaruyung Darulqarar, ungkap YDP Puti Reno Prof. Dr. Rauda Thaib, di Grand Royal Denai Hotel Bukittingi, Kamis (5/3) yang lalu.
Editor : sc.astra
Tag :#stempelkerajaanturki #pagaruyung #rumahbudayafadlizon
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
SUMBAR DORONG KETAHANAN PANGAN LEWAT SISTEM SAWAH POKOK MURAH
-
PONPES MINANGKABAU PENUH SYUKUR TERIMA BANTUAN SAPI KURBAN PRESIDEN, DISERAHKAN LANGSUNG WAGUB VASKO
-
IDUL ADHA 2025 PEMPROV SUMBAR DISTRIBUSIKAN 68 EKOR SAPI QURBAN, 7 EKOR DIANTARANYA UNTUK WARGA PALESTINA
-
BERKUNJUNG KE SUMBAR, MENTERI P2MI BERHARAP MAKSIMALKAN PELUANG KERJA DI LUAR NEGERI
-
BANGGA PAKAI SEMEN PADANG, TUKANG BANGUNAN KUNJUNGI PABRIK DALAM TEMU TUKANG INSPIRATIF
-
4 LAGA BERSAMA PATRICK KLUIVERT, INDONESIA MASIH MENCARI JATI DIRI.
-
RAGU
-
EFEK DOMINO PERANG KAMANG DALAM TEROPONG PERLAWANAN MASYARAKAT SUMATERA BARAT MENENTANG KOLONIALISME BELANDA
-
SUMATERA BARAT RAIH PENGHARGAAN DI FESTIVAL HOMESTAY NUSANTARA 2025, GUBERNUR MAHYELDI DIGANJAR IHSA AWARD
-
FARIANDA, PEMIMPIN MUDA PERS SUMUT YANG TEGASKAN ETIKA: CIPTAKAN SUASANA NYAMAN BAGI POLDA SUMUT