HOME OPINI OPINI

  • Senin, 1 Juli 2024

Tradisi Malomang Di Nagari Sijunjung

Penulis: Rahmina Putri
Penulis: Rahmina Putri

Tradisi Malomang di Nagari Sijunjung

Oleh: Rahmina Putri

Malomang adalah tradisi memasak lemang yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau, termasuk di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.Lemang adalah makanan khas yang terbuat dari beras ketan yang dimasak dalam bambu yang dilapisi daun pisang dan dimasak di atas bara api.

Di Sijunjung, tradisi malomang biasanya dilakukan menjelang acara Bakaua adat di Nagari Sijunjung sehari sebelum acara Bakaua adat, ada yang namanya hari malomang atau melemang. Tradisi malomang di Sijunjung merupakan bagian integral dari budaya Minangkabau. Kegiatan ini tidak hanya sekedar memasak lemang tetapi juga menjadi ajang berkumpul dan bersilaturahmi bagi masyarakat. Malomang melambangkan semangat gotong-royong, kebersamaan, dan saling berbagi di antara anggota masyarakat.

Alat:

1.      Buluh Lemang (Bambu Lemang): Bambu muda dengan panjang sekitar

60 cm. Bambu ini harus dipotong dan dibersihkan bagian dalamnya.

2.      Tungku atau Tempat Pembakaran: Biasanya berupa perapian terbuka

yang bisa menampung beberapa bambu secara bersamaan.

3.      Sendok dan Gayung: Digunakan untuk mengaduk dan menuangkan

bahan ke dalam bambu.

4.      Penyangga Bambu: Biasanya berupa tiang atau batu untuk menopang bambu agar berdiri miring saat dipanggang.

Bahan:

1.      Beras Ketan: Sekitar 1kg, dicuci bersih dan direndam selama beberapa

jam agar lebih empuk.

2.      Santan Kelapa: Dari 2-3 butir kelapa, sekitar 1-1,5 liter. Agar memberikan

3.      rasa gurih pada lemang. Garam: Secukupnya untuk memberikan rasa pada lemang.

4.      Daun Pisang: Untuk melapisi bagian dalam bambu, mencegah beras ketan lengket, dan memberikan aroma khas.

 

Proses Malomang:

1.      Daun pisang di masukan ke dalam bambu yang telah di bersihkan

2.      sebelumnya hingga membentuk seperti alas di dalam bambu tersebut. Masukkan beras ketan/sipulut tadi kedalam cetakan bambu beserta dengan Santan kelapa hingga di rasa cukup.

3.      Siapkan kayu bakar beserta sabut kelapa, lalu dibakar hingga menjadi bara agar saat lomang yang dimasak nanti memiliki kematangan yang sempurna dan merata.

4.      Setelah bahan Bakaran tadi siap bambu yang telah di isi beras pulut tadi disusun dengan menggunakan sandaran untuk memasaknya, bambu

disusun sedikit miring ke sandaran tadi, baru setelah itu diletakkan bara

api tadi sedikit demi sedikit sampai lomang tadi masak secara perlahan.

5.      Bambu yang digunakan sebelumnya telah di buang sembilunya agar

ketika proses memasak nanti tidak terlalu memakan waktu dan setelah itu dibuang.

Dalam hal ini ada keunikan tersendiri di kenagarian Sijunjung yang mana orang di sana hanya akan malomang ketika hari bakaua saja, dihari lain pun mereka tidak malomang walaupun dibulan puasa seperti halnya daerah lain. Meskipun di hari-hari biasa kita dapat menemukan orang yang berjualan lomang di balai, akan tetapi orang tersebut bukanlah dari kenagarian Sijunjung. Karena, masyarakat setempat mengibaratkan malomang tadi seperti halnya filosfi gotong royong dan kesepakatan masyarakat yang telah diambil secara mufakat seperti yang tertuang dalam pepatah adat "picak lah dapek dilayangkan, nan bulek lah bisa digolongkan" sama halnya seperti lemang tadi bulatnya sudah bisa di golongkan.

Di Sijunjung, malomang memiliki makna yang dalam bagi masyarakat. Ini adalah saat dimana anggota keluarga dan komunitas berkumpul, bekerja sama, dan saling membantu. Proses ini juga menjadi sarana untuk mengajarkan nilainilai seperti kerjasama, kesabaran, dan ketelitian kepada generasi muda. Hasil akhirnya, lemang, bukan hanya sekedar makanan tetapi juga simbol dari kebersamaan dan kekeluargaan.

 


Tag :#Malomang #Tradisi

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com