Sapaan Khas Dalam Bahasa Minangkabau

Sapaan Khas dalam Bahasa Minangkabau

Oleh: Bahren*

Sapaan menjadi faktor yang sangat penting dalam sebuah peristiwa komunikasi. Pentingnya sapaan ini bukan hanya pada bentuk sapaan yang dituturkan namun juga akan mempengaruhi bagaimana peristiwa tutur atau komunikasi itu akan berjalan. Kartomihardjo (1988: 238) mengemukakan bahwa sapaan merupakan salah satu komponen bahasa yang penting karena dalam sapaan dapat ditentukan apakah suatu interaksi akan berlanjut atau tidak. Sementara itu Kridalaksana (2001: 191) menyebutkan bahwa sapaan adalah pertuturan yang ditujukan kepada seseorang dengan kata tertentu yang berhubungan dengan status antara penyapa dan orang yang disapa.

Merujuk pada devenisi yang diberikan oleh dua orang ahli tersebut, fenomena komunikasi yang berkaitan dengan sapaan juga ada dalam bahasa Minangkabau. Masyarakat Minangkabau mnggunakan hampir semua sapaan yang ada dalam pengkategorian yang diberikan oleh Chaer yaitu sapaan yang berkaitan dengan, Sapaan nama diri, Sapaan Pronomina Persona. Sapaan Kekerabatan, Sapaan Gelar, Sapaan Jabatan. Menariknya ada sapaan yang khas pada bahasa Minangkabau yang berkaitan dengan pekerjaan. Berikut beberapa sapaan khas berkaitan dengan pekerjaan yang dapat kita temukan dalam Bahasa Minangkabau.

Pertama, sapaan “baruak”, “beruk”. Sapaan ini sering kita dengar di daerah Pariaman dan sekitarnya. Orang yang di sapa dengan sapaan “baruak” ini biasanya memiliki profesi sebagai pemetik buah kelapa dengan memanfaatkan seekor beruk yang tekah dilatih sedemikian rupa sehingga memiliki kecakapan dalam memetik buah kelapa. Bahkan di daerah Pariaman sendiri ada sekolah khusus untuk melatih beruk-beruk itu untuk dapat memetik klapa bahkan dapat membedakan kelapa yang akan dipetik itu, apakah perintah dari tuannya memetik kelapa yang muda atau yang sudah tua. Memang dalam kenyataannya ada orang yang pekerjaannya memetik kelapa itu tidak dengan menggunakan beruk melainkan langsung dipanjat oleh orang yang pekerjaannya pengambil buah kelapa.

Kedua sapaan “ojek”. Sapaan ini dituturkan untuk orang-orang yang memiliki pekerjaan sebagai tukang ojek, baik tukang ojek online maupun tukang ojek pengkolan. Sapaan ojek sendiri tidak terikat hanya dituturkan kepada orang-orang yang memberikan jasa antar jemput dengan kendaraan bermotor saja, namun sapaan ini juga dituturkan untuk yang mengendarai sepeda atau becak kayuh maupun becak motor, mereka tetap disapa dengan ojek.

Ketiga sapaan ‘supir”. Sapaan ini dituturkan untuk menyapa orang-orang yang memiliki profesi sebagai pengendara mobil sewaan. Baik itu berupa angkutan kota, angkutan desa, bus AKDP, pengemudi Taxi maupun pengemudi mobil sewaan. Setiap orang yang memiliki pekerjaan sebagai pengemudi ini akan disapa dengan sapaan supir, meskipun mereka adalah bekerja sebagai supir pribadi untuk seseorang, maka akan tetap disapa dengan sapaan supir.

Keempat sapaan “Tukang”. Sapaan ini biasanya diikuti dengan profesi yang digelutinya, Jika ya menjadi pemijat (uruik dalam bahasa Minangkabau) maka iya akan disapa dengan tukang uruik. Jika ada orang yang berprofesi sebagai pemungut sampah, maka mereka disapa dengan tukang sarok, Jika mereka yang berprofesi sebagai pemungut barang rongsokan dan akan dijual lagi maka akan disapa dengan sapaan tukang raok. Ada lagi orang-orang yang pekerjaannya membantu menata kendaraan untuk parkir, maka mereka akan disapa dengan tukang pakir. Jika pekerjaan nya adalah membantu penjual dan pembeli untuk mengangkat bahan dagangan atau belanjaannya di pasar-pasar tradisional maka orang-orang dengan profesi ini akan disapa dengan tukang angkek. Sesungguhnya masih banyak lagi sapaan-sapaan khas yang dapat kita dengar disekitar kita. Jika itu memang ada barangkali ini tugas pembaca dan penuis lain untuk menyampaikannya.  

*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand