HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Senin, 23 Oktober 2023

Nilai Kasih Sayang Dalam Lirik Lagu Bapisah Bukannyo Bacarai

Yerri
Yerri

Nilai Kasih Sayang dalam Lirik Lagu Bapisah Bukannyo Bacarai

Oleh Yerri Satria Putra*

Kata "kasih" dan "sayang" mungkin terdengar sederhana, namun, makna di balik kata-kata ini sangat dalam dan kompleks. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita menemukan bahwa "kasih" mengacu pada perasaan sayang, cinta, dan kelembutan, sementara "sayang" mencerminkan rasa kasihan dan penghargaan terhadap orang lain. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan "kasih sayang" ketika dua kata ini digabungkan?

Dalam konteks filosofi manusia, "kasih sayang" merujuk pada hubungan emosional yang penuh cinta dan penghargaan antarindividu. Menurut para ahli, konsep ini mencakup cinta sesama manusia, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Ini adalah bentuk cinta yang bersifat universal, melibatkan rasa hormat, pengertian, dan perhatian yang mendalam terhadap keberadaan manusia lainnya.

Namun, "kasih sayang" tidak hanya sekadar konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia; dalam tradisi keagamaan, seperti dalam Islam, "kasih sayang" memiliki dimensi yang lebih mendalam. Dalam ajaran Islam, kasih sayang tidak mengenal batasan waktu, jarak, atau tempat. Rasulullah saw mengajarkan bahwa orang yang tidak menyayangi sesama manusia tidak akan mendapatkan kasih sayang dari Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari, konsep "kasih sayang" mengajarkan kita untuk saling menghargai, mendukung, dan mencintai satu sama lain tanpa pamrih. Ini bukan hanya tentang memberikan kasih sayang kepada keluarga dekat, tetapi juga kepada teman, tetangga, bahkan orang asing. Kasih sayang mengajarkan kita untuk memperlakukan semua manusia dengan penuh hormat dan perhatian, menciptakan dunia di mana cinta dan penghargaan menjadi bahasa universal yang menghubungkan kita semua.

Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa cinta dan kasih sayang tercipta sebagai satu prinsip fundamental dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, nilai ini menjadi sumber inspirasi dalam berbagai karya seni manusia, termasuk seni, sastra, dan musik dari berbagai budaya. Dalam seni musik pop klasik Minangkabau, lagu klasik "Bapisah Bukannyo Bacarai" merupakan salah satu lagu yang mengandung makna yang mendalam tentang kasih sayang. Lagu ini bukan hanya sebatas rangkaian nada dan kata-kata, tetapi merupakan karya seni yang mencerminkan hakikat dari kasih sayang dalam konteks budaya Minangkabau.

Lagu ini diciptakan oleh Syahrul Tarun Yusuf, salah seorang pencipta lagu Minangkabau yang sudah melegenda. Dia juga yang menciptakan lagu-lagu seperti Hujan, Tinggalah Kampuang, Andam Oi Andam, dan lainnya. Lagu ini semakin populer dan ikut mempopulerkan duet Elly Kasim Feat Tiar Ramon di awal-awal perilisannya. Bahkan sampai saat ini, apabila kita mengunjungi channel Youtube kita banyak menemukan bahwa lagu ini telah dicover oleh banyak penyanyi, seperti Vanny Fabiola Feat Boy Sandy, Kintani Feat Ilham Zed, Syifa Maulina Feat Agung Feinendo, Rina Frida Feat Jhon Kinowa, dan bahkan pernah juga dibawakan oleh penyanyi asal negeri Jiran yakni Siti Nurhaliza.

Patut diakui kepiwaian Syahrul Tarun Yusuf dalam merangkai lirik demi lirik lagu Bapisah Bukannyo Bacarai. Aura kasih sayang yang sangat dalam antara dua insan manusia, suami dan istri, sangat terasa pada setiap lirik lagu tersebut. Kasih sayang yang sangat dalam itu menciptakan suasana yang sangat sedih karena keduanya terpaksa harus berpisah akibat sang suami harus pergi merantau.

 

(P)

Bapisah bukannyo bacarai

Usahlah adiak manangih juo

Basaba sayang nantikan denai

Taguahkan malah iman di dado

 

(P&W)

Bapisah bukannyo bacarai …

 

(W)

Uda bajalan padamlah palito

Kasia nasib ka den kadukan

Kampuang den jauah da, sanak tiado

Denai jo sia Uda tinggakan

 

Reff:

 

(P)

Ondeh, Gunuang Marapi, Gunuang Singgalang

Hei, tolong caliakkan kasiah hati den

Nan den tinggakan, antaro pintu nan jo halaman

Uda den nanti antaro pintu nan jo halaman

 

Bapisah bukannyo bacarai …

 

(*Keterangan P = Pria dan W = Wanita. Penulis)

 

Dalam konteks merantau, sebuah praktik perpindahan penduduk yang telah menjadi tradisi dalam budaya Suku Minangkabau di Sumatera Barat, mencerminkan keberanian dan petualangan pengalaman manusia. Istilah "merantau" berasal dari bahasa Melayu, Indonesia, dan Minangkabau, merujuk pada kegiatan meninggalkan kampung halaman untuk mencari kehidupan yang berbeda di negeri orang. Fenomena ini, sejatinya, bukan hanya sebuah perpindahan, melainkan juga perjalanan eksplorasi geografis yang mengandung makna mendalam bagi masyarakat Minangkabau.

Kebijaksanaan adalah pembawaan dari manusia yang penuh pengalaman. Sesedih apapun suasana yang sedang terjadi, apabila ditanggapi dengan sebuah kebijaksanaan, maka kesedihan itu tidak akan tumpah dan berubah menjadi musibah. Lirik Bapisah bukannyo bacarai, Usahlah adiak manangih juo, Basaba sayang nantikan denai, Taguahkan malah iman di dado mengandung makna tentang sebuah kebijaksanaan. Si suami mencoba menenangkan kerisauan hati si istri menanggapi rencana kepergiannya. Si suami mengingatkan istrinya bahwa kekhawatirannya itu tidak akan pernah terjadi, selagi ia meneguhkan iman dalam diri.

Dalam lirik Uda bajalan padamlah palito, Kasia nasib ka den kadukan, Kampuang den jauah da, sanak tiado, Denai jo sia Uda tinggakan, dapat dirasakan, betapa sedih dan hancurnya perasaan si istri ketika mengetahui bahwa si suami yang sangat dia sayang harus pergi merantau, meninggalkan dia seorang diri di kampung halaman. si istri mencoba memberikan pertimbangan kepada si suami, untuk membatalkan niatnya pergi merantau, karena dia sangat membutuhkan si suami di sisinya. Bagi si istri, si suami bagaikan palito (cahaya/ semangat) dalam hidupnya. Ketika suami tidak ada, semuanya mendadak menjadi gelap dan dia tidak tahu apa yang bisa dia lakukan tanpa si suami tercinta.

Kesan sedih pun semakin terasa saat lagu memasuki refrain. Lirik dalam refrain menggambarkan bahwa kedua insan manusia tersebut hidup sebatang kara dengan serba kekurangan. Tidak ada seorang atau satu keluargapun yang dimiliki oleh mereka, sehingga tidak ada seorangpun nantinya yang bisa membantu apabila si istri dalam kesulitan. Ondeh, Gunuang Marapi, Gunuang Singgalang, Hei, tolong caliakkan kasiah hati den, Nan den tinggakan, antaro pintu nan jo halaman, Uda den nanti antaro pintu nan jo halaman.

Diksi "caliakkan" menggambarkan gunung sebagai sesuatu yang tak bernyawa namun mampu memberikan perlindungan, seolah-olah gunung itu memiliki sifat seperti sifat manusia. Dalam konteks ini, terdapat perbandingan antara kebijaksanaan manusia dan ketenangan gunung, yang senantiasa teguh berdiri di tempatnya dan tampaknya selalu memperhatikan hal-hal di bawahnya. Kata "caliakkan" mencerminkan aktivitas yang melibatkan indera penglihatan, sementara "manjago" berarti melindungi. Seperti halnya seorang ibu yang melindungi anaknya atau seorang suami yang memberi rasa aman pada istrinya, gunung ini melambangkan perlindungan yang kokoh dan terus-menerus. Meskipun gunung hanyalah objek mati, keberadaannya membawa makna mendalam dalam konteks cinta dan perlindungan dalam kehidupan manusia. Ini menciptakan gambaran filosofis yang menggambarkan kasih sayang dan kekuatan perlindungan dalam hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

Kasih sayang memang tidak selalu harus digambarkan dengan peristiwa penuh belaian dan pelukan, bahkan sebuah tragedi yang muncul adalah gambaran sempurna untuk membentuk kasih sayang. Sebagaimana ungkapan Minang sayang di anak lacuiki, sayang di kampuang tinggakan, membuktikan bahwa kasih sayang bagi orang Minang adalah sebuah usaha untuk selalu membuat orang yang paling berharga dalam hidupnya merasa bahagia, dan kebahagiaan itu harus diperjuangkan.

Demikian mungkin makna kasih sayang yang terkandung di dalam lirik lagu Bapisah Bukannyo Bacarai ini. Lagu ini merupakan cerminan yang sempurna takaran nilai-nilai sosial dan budaya dari masyarakat Minangkabau, suku yang terkenal dengan sistem matrilineal dan nilai-nilai gotong royong. Liri-lirik lagu Bapisah Bukannyo Bacarai ini menjadi sebuah petunjuk yang jelas mengenai bagaimana kasih sayang dihayati dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga legenda-legenda yang telah memperkenalkan lagu ini kepada kita mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT. Aamiin.

*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand

 


Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com