HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Sabtu, 1 Juli 2023

Merantau: Ajang Pencarian Ilmu Dan Penghidupan Bagi Orang Minangkabau

Opini Bahren
Opini Bahren

Merantau: Ajang pencarian Ilmu dan Penghidupan Bagi Orang Minangkabau

Oleh: Bahren*

Jika disebut kata merantau maka akan muncul dengan sendirinya dalam ingatan kita Minangkabau. Merantau, dalam budaya dan sejarah Indonesia, adalah fenomena migrasi suku Minangkabau yang telah mengakar kuat dalam masyarakatnya. Orang Minangkabau adalah suku yang berasal dari wilayah Sumatera Barat, Indonesia. Merantau telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan kehidupan masyarakat Minangkabau, di mana para pemuda biasanya meninggalkan kampung halaman mereka untuk mencari ilmu dan penghidupan di tempat-tempat yang lebih jauh. Fenomena merantau ini telah memberikan dampak yang signifikan baik bagi masyarakat Minangkabau itu sendiri maupun bagi bangsa dan budaya Indonesia secara keseluruhan. Petatah atau mamangan adat Minangkabau menyebutkan “karatau madang di hulu, babuah babungo balun, karantau bujang dahulu, di rumah baguno balun. Petatah ini memberi isyarat kepada setiap lelaki Minangkabau bahwa mereka masih dianggap belum berguna jika masih di rumah (kampung halaman)

Tradisi Merantau: Mencari Ilmu dan Pengalaman

Rantau dan merantau dalam budaya Minangkabau bukan hanya sekadar migrasi fisik, pindah dari kampung halaman menuju daerah lain namun,  juga merupakan bagian dari pencarian ilmu dan pengalaman hidup. Pendidikan dalam budaya Minangkabau dihargai tinggi, dan merantau menjadi salah satu cara untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Para pemuda Minangkabau biasanya diberangkatkan untuk merantau dalam usia yang relatif muda, setelah menyelesaikan pendidikan dasar di kampung halaman.

     Orang Minangkabau sangat yakin bahwa pengalaman empiris yang didapatinya selama di rantau adalah  modal utama bagi dirinya dalam mengembangkan diri dan pengetahuannya. Sehingga dalam adagium lain disebutkan bahwa “urang Minang ko pandia nyo sahari nyo jikok di rantau” artinya seorang minang dianggap bodohnya di rantau hanya sehari, hari-hari berikutnya dia tidak boleh bodoh lagi dengan kata lain mereka (para perantau) harus bersikap responsif dan cepat tanggap serta adaptif dengan lingkungan rantaunya

Daerah tujuan merantau biasanya mencakup kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan bahkan perantauan internasional seperti Malaysia dan Arab Saudi. Mereka tidak hanya mencari ilmu formal di sekolah atau perguruan tinggi, tetapi juga belajar tentang kehidupan, beradaptasi dengan budaya yang berbeda, dan mengembangkan jaringan sosial yang kuat.

Berkaitan dengan belajar tentang hidup dan kehidupan ini, budaya Minangkabau mengajar kepada masyaraktnya bahwa dalam merantau mereka mestilah sesegera mungkin mencari, ibu, saudara dan onduk semang (majikan). Hal ini tergambar dalam mamangan adat yang berbunyi “Jikok sanak pai ka lapau, Hiu bali, balanak bali, ikan panjang bali dahulu”, “Jikok anak pai marantau Ibu cari, dunsanak cari, indauka samang cari dahulu”. Isyarat dalam mamangan tersebut jelas mengajarkan kepada para prantau atau calon perantau agar selam di rantau sesegera mungkin mencari ibu angkat karena jika sudah berada dekat ibu maka akan aman dan selamatlah IA, selain itu juoa perlunya mencari saudasa (dunsanak) karena jika sudah di rantau saudara yang terdekat kita bukan lagi yang ada di kampung halaman namun para tetangga lah yang akan menjadi karib kerabat kita maka ajaran Minang menganjurkan kita untukj menjadikan para tetangga sebagai saudara. Hal yang tidak kalau penting adalah mencari majikan untuk tempat kita bekerja dan menjadpatkan penghidupan.

Merantau dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Minangkabau

Remitansi Ekonomi: Orang-orang Minangkabau yang merantau biasanya mengirimkan sebagian pendapatannya kembali ke kampung halaman. Praktik ini telah memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi lokal, membantu membangun rumah, infrastruktur, dan usaha-usaha di kampung.

Pengembangan Keahlian: Merantau membuka peluang untuk mendapatkan pengalaman dan keahlian yang tidak mungkin diperoleh di kampung halaman. Setelah kembali dari merantau, orang-orang Minangkabau ini sering membawa keterampilan baru yang mendukung perkembangan masyarakat dan ekonomi setempat.

Pengaruh Budaya: Merantau juga membawa pengaruh budaya dari tempat-tempat di mana mereka tinggal sementara. Ini menciptakan pertukaran budaya yang memperkaya warisan budaya Minangkabau.

Pentingnya Melestarikan Tradisi Merantau

Dalam era modern, tradisi merantau mungkin menghadapi tantangan karena perkembangan teknologi dan mobilitas yang semakin tinggi. Namun, penting untuk tetap melestarikan nilai-nilai tradisi ini. Tradisi merantau bukan hanya tentang perpindahan fisik, tetapi juga tentang nilai-nilai seperti keberanian, kemandirian, kerja keras, dan semangat berbagi.

Merantau menjadi cerminan semangat petualangan dan pencarian, sifat-sifat yang penting dalam membangun jati diri individu dan budaya suatu bangsa. Oleh karena itu, merantau orang Minangkabau tidak hanya berbicara tentang perpindahan fisik, tetapi juga mengenai perjalanan roh dan semangat yang telah memberikan sumbangsih berharga bagi perjalanan Indonesia sebagai bangsa.

*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand


Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com