HOME OPINI OPINI

  • Kamis, 29 Februari 2024

Mengenal Zero Run Off System Sebagai Upaya Penanganan Banjir

Hendri Gustian, S.TP, MT (Dosen Politeknik Negeri Lampung)
Hendri Gustian, S.TP, MT (Dosen Politeknik Negeri Lampung)

Mengenal Zero Run Off System Sebagai Upaya Penanganan Banjir

Oleh: Hendri Gustian, S.TP, MT

 

         Banyak sudah titik di beberapa wilayah yang apabila diguyur hujan dengan durasi panjang, maka akan dilanda banjir. Sumatra Barat salah satunya, wilayah perkotaan yang sering tampil di media karena banjir adalah Kota Padang. Siteba misalnya, wilayah ini bahkan memiliki akronim, ‘siap terima banjir’ kalau durasi hujan panjang.

         Wilayah/ kota lain di provinsi yang sama, atau di luar Sumbar, kadang mengalami hal serupa setiap kali diguyur durasi hujan yang panjang. Baru-baru ini, penulis yang berdomisili di Lampung juga melihat fenomena yang sama.

         Intensitas hujan yang tinggi dengan durasi waktu yang lama mengakibatkan terjadi bencana banjir di Kota Bandar Lampung pada tanggal 24/2/2024. Dikutip dari analisa BMKG Provinsi Lampung mencatat suhu puncak awan Cumulonimbus paling signifikan tercatat -71.7 derajat Celcius dengan nilai dBz awan Cumulonimbus tercatat 48.5 pada ketinggian awan mencapai lebih dari 8 kilometer serta luasan awan lebih dari 10 kilometer, sehinga curah hujan tercatat mencapai 80 mm.

         Dari analisa tersebut BMKG Provinsi Lampung mengkategorikan hujan yang terjadi pada tanggal 24/2/2024 termasuk hujan lebat. Banyak sudah penelitian yang mengatakan bahwa banjir daerah perkotaan disebabkan oleh run off (aliran permukaan).

         Dari segi teknik dan kaidah koservasi tanah dan air upaya yang dapat dilakukan untuk pengendalian banjir yaitu dengan menerapkan Zero Run Off System (ZROS).

Mengenal Zero Run Off

         Zero Run Off (nol limpasan) merupakan sebuah konsep yang mengupayakan konservasi air melalui pengelolaan run off dengan tujuan menurunkan limpasan permukaan di suatu kawasan tertentu hingga mencapai nol persen.

         Run off atau yang umumnya yang dikenal sebagai aliran permukaan dapat didefinisikan sebagai air limpasan yang tidak tertampung oleh sungai atau saluran dan tidak tidak terinfiltrasi kedalam tanah, sehingga menyebabkan terjadinya genangan yang akhirnya berefek negatif yaitu menyebabkan terjadi banjir.

Penerapan prinsip Zero Run Off  System (ZROS)

Penerapan ZROS dengan pemanfaatan air hujan (PAH). Sistem PAH terdiri dari berbagai komponen seperti talang air, saringan pasir, bak penampungan, dan sumur resapan. Sumur resapan tidak hanya berperan dalam mengurangi risiko genangan air atau banjir, tetapi juga dalam memelihara ketersediaan air tanah dengan menampung dan meresapkan air hujan.

         Berikutnya yaitu Sistem Drainase Zero Run off. Konsep drainase nol limpahan merupakan suatu sistem pengelolaan air yang bertujuan untuk mencapai nol limpahan air. Inisiatif ini diinisiasi oleh Pusat Litbang Permukiman, Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum. Sistem drainase ini berfungsi sebagai pengendali genangan air, manajemen air hujan, dan konservasi air tanah di permukiman atau Daerah Aliran Sungai (DAS).

         Teknologi drainase ini mencakup integrasi antara intensitas hujan, kapasitas tampungan, tingkat resapan, pemanfaatan, dan aliran sisa air ke luar kawasan, sehingga menghasilkan nol persen limpahan air.

Banjir Di Lampung

Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Kota Bandar Lampung terdapat 6 kecamatan yang terdampak bencana banjir yang terjadi pada tanggal 24/2/2024 yaitu Kec. Tanjung Karang Barat, Kedaton, Rajabasa, Kedamaian, Way Halim dan Bumi Waras. Akibat bencana banjir tersebut mengakibatkan beberapa infrastruktur dan fasilaitas umum di Kota Bandar Lampung mengalami kerusakan.

         Salah satu contoh fasilitas umum yang terkena efek negatif bencana banjir adalah fasilitas pendidikan yaitu Kampus Politeknik Negeri Lampung yang meyebabkan beberapa fasilitas rusak seperti tembok jebol dan beberapa fasilitas laboratorium mengalami kerusakan. Laboratorium tersebut adalah Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Lab. Teknik Tanah dan Air, Lab. Mekanisasi Pertanian, Lab. Perternakan dan Lab. Perikanan. Akibatnya ditaksir Kampus Polinela mengalami kerugian ratusan juta rupiah.

         Harapan kedepannya adalah pemerintahan Provinsi Lampung umumnya dan pemerintahan Kota Bandar Lampung khususnya memiliki atensi khusus terhadap pengendalian bencana banjir di Kota Bandar Lampung dengan harapan tidak terjadi lagi efek-efek negatif dari bencana banjir.  

(Penulis adalah Dosen Politeknik Negeri Lampung)

 

 


Tag :#Opini #Zero Run Off System #Upaya Penanganan Banjir

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com