HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Kamis, 14 Oktober 2021

Kontribusi Filsafat Ilmu Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Asing

Opini Fadly
Opini Fadly

Kontribusi Filsafat Ilmu dalam Proses Pembelajaran Bahasa Asing:  

Tinjauan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

Oleh: M. Fadhly Farhy Abbas*

Secara substansial, filsafat dan ilmu merupakan dua kata yang saling berhubungan erat. Hal ini karena keberadaan suatu ilmu itu tidak lepas dari peranan filsafat. Sebaliknya, perkembangan ilmu yang sangat pesat di zaman modern ini memperkokoh keberadaan filsafat itu sendiri (Bakhtiar, 2019). Kemudian, (Sumarto, 2017) menambahkan bahwa filsafat ilmu itu tergolong ke dalam filsafat khusus, sama halnya dengan filsafat pendidikan, filsafat bahasa, filsafat sejarah, dan bidang khusus filsafat lainnya. Selanjutnya, dengan keberadaan filsafat ini, dapat juga dikatakan bahwa segala bentuk ilmu yang ada dan berkembang di masa sekarang ini bermula dari adanya pemikiran-pemikiran kritis secara filosofis. Semakin banyak pemikiran-pemikiran kritis secara filosofis itu terjadi, tentu akan semakin banyak pula bidang ilmu yang bermunculan. Dan hal ini tentu tidak lepas dari peran dan kontribusi filsafat itu sendiri.

Untuk mengenal lebih jauh tentang apa itu filsafat, dapat diketahui dari 3 (tiga) aspek yang mendasar dalam filsafat itu sendiri. Dengan mengenal apa itu filsafat beserta aspek-aspeknya, seseorang akan paham dan mengerti apa sesungguhnya filsafat itu. Sehingga, dengan pemahaman yang benar tentang filsafat ini, seseorang tidak lagi berpikiran negatif terhadap filsafat yang sering diperdebatkan oleh banyak orang. Tiga aspek filsafat yang terkenal di kalangan filosof dan ilmuwan itu adalah: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. Secara sederhana, dapat dipahami bahwa Ontologi itu membahas tentang apa yang ingin diketahui. Lalu, Epistemologi membahas tentang bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh. Dan, Aksiologi membahas tentang nilai kegunaan dan manfaat dari pada ilmu yang diperoleh. Jadi, dengan memahami tiga aspek atau dasar-dasar ilmu ini, seseorang bisa dikatakan mampu berpikir secara filosofis layaknya seorang filosof.

            Filsafat ilmu jika kita kaitkan dengan proses pembelajaran bahasa kedua dan/atau bahasa asing, keberadaan filsafat ilmu tentu juga sangat berpengaruh. Tanpa adanya ilmu yang mendasar sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahasa kedua dan/atau bahasa asing itu akan menjadi sulit untuk dipelajari dan diajarkan. Apalagi ketika kita tidak mengerti tentang apa itu sistem bahasa. Lalu, apa yang dimaksud dengan sistem bahasa itu?. Sistem bahasa itu lah yang sering dikenal di kalangan ilmuwan bahasa dengan sebutan tatabahasa. Secara Ontologi, tatabahasa itu merupakan suatu sistem yang mengatur keteraturan berbahasa, mulai dari tatabunyi, tatakata, tatakalimat, dan tatamakna. Ini lah yang sering dikenal oleh banyak orang dari kalangan guru dan pembelajar bahasa dengan isitilah Phonology untuk tatabunyi, Morphology untuk tatakata, Syntax untuk tatakalimat, dan Semantics untuk tatamakna. Istilah-istilah ini juga sering dikenal oleh ilmuwan bahasa dengan sebutan Mikrolinguistik (Micro-Linguistics) atau Linguistik Struktural (Rohmadi, 2016). Selanjutnya, (Jufrizal, 2014) menambahkan bahwa bahasa itu memiliki empat unsur atau lapisan yaitu: form (bentuk), meaning (makna), function (fungsi), dan value (nilai). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tatabahasa itu tidak bisa diterjemahkan sebagai kaidah (Grammar) saja, tetapi jauh lebih dalam bahwa tatabahasa itu adalah sebuah sistem yang mengatur kaidah bahasa itu sendiri.

Sejalan dengan hakikat tatabahasa di atas, untuk bisa mempelajari bahasa kedua dan/atau bahasa asing, tentu diperlukan sebuah buku atau sumber belajar yang dikemas secara lengkap dan baik. Sehingga, unsur atau lapisan bahasa yang disebutkan tadi tidak lagi berserakan, namun sudah terkumpul dan tersusun secara baik dalam bentuk buku. Banyak sekali buku-buku tentang tatabahasa beredar di pasaran, namun tentu buku tatabahasa pedagogis (Pedagogical Grammar) lebih tepat digunakan oleh pembelajar dan guru bahasa. Hal ini karena pada buku tatabahasa pedagogis ini bahasanya disusun dengan baik agar mudah dimengerti, serta buku ini dilengkapi dengan contoh, gambar, latihan, dan kunci jawaban untuk memudahkan pembelajar bahasa dan juga guru bahasa dalam pembelajaran bahasa kedua dan/atau bahasa asing. Ini lah yang merupakan landasan Epistemologi tatabahasa tersebut dalam pembelajaran bahasa kedua dan/atau bahasa asing. Tanpa adanya kontibusi filsafat ilmu dalam bentuk landasan Epistemologi ini, tentu bahasa kedua dan/atau bahasa asing itu akan sulit dipelajari dan diajarkan.

Berkaitan dengan dua aspek keilmuan di atas, perlu juga dibahas landasan Aksiologi dalam proses pembelajaran bahasa kedua dan/atau bahasa asing tersebut. Sehingga 3 (tiga) aspek utama dalam filsafat itu lengkap dibahas dalam artikel atau tulisan ini. Menyambung tentang hakikat tatabahasa yang sudah dijelaskan sebelumnya, dan dengan memiliki pengetahuan yang baik tentang tatabahasa tersebut, tentu hal ini akan memudahkan pembelajar dan guru bahasa dalam proses pembelajaran bahasa kedua dan/atau bahasa asing. Selanjutnya, pengetahuan tatabahasa yang baik juga akan dapat membantu seseorang dalam meminimalisir kesalahan-kesalahan berbahasa yang sering terjadi di masyarakat. Biasanya, kesalahan berbahasa itu dipengaruhi oleh faktor pemahaman, kemauan, dan kompetensi (Gufron, 2015). Jadi, secara Aksiologis, pengetahuan tatabahasa yang baik itu dapat memudahkan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, serta ia juga dapat membantu mengurangi kesalahan berbahasa yang sering terjadi di masyarakat.

Uraian-uraian berkaitan dengan pentingnya filsafat ilmu yang mendasari setiap ilmu dan pengetahuan yang ada khususnya untuk pengajaran bahasa kedua, dengan demikian kita juga dapat membuat sebuah simpulan bahwa filsafat ilmu itu memberikan pengaruh dan kontribusi positif dalam proses pembelajaran bahasa kedua dan/atau bahasa asing. Kontribusi filsafat ilmu dalam proses pembelajaran bahasa kedua dan/atau bahasa asing ini dapat ditinjau dari sisi Ontologi, Epistemologi, dan juga Aksiologi. Dengan adanya kontribusi yang positif dari filsafat ilmu ini, tentu proses pembelajaran bahasa kedua dan/atau bahasa asing itu menjadi mudah untuk dipahami dan dimengerti. Semakin banyak kontribusi keilmuan yang dibawa oleh filsafat ilmu itu dalam proses pembelajaran bahasa kedua dan/atau bahasa asing, maka akan semakin maju pula pendidikan bahasa yang ada di negeri kita ini.

*Mahasiswa S3 IKB UNP


Tag :#Opini #Didaktika #Fadly

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com