HOME OPINI OPINI

  • Jumat, 19 Januari 2024

Daerah Pengabdian Sebagai Model Pembangunan Berkelanjutan: Memetakan Keberhasilan Dan Tantangan

Daerah Pengabdian sebagai Model Pembangunan Berkelanjutan: Memetakan  Keberhasilan dan Tantanga

Penulis: Ahmad Mulyadi

Mahardika Muda adalah organisasi indipenden yang bergerak di berbagai bidang, salah satunya berfokus kepada pengabdian masyarakat. Mahardika Muda pada Tahun 2024, memilih Nagari Sariak Alahan Tigo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kab. Solok sebagai lokasi pengabdiannya.

Nagari Sariak Alahan Tigo terdiri dari 8 jorong “Sariak Ateh, Sariak Bawah, Taratak Teleng, Pinti Kayu. Sungai Pangalek, Sungai Abu, dan Siangai Angai. Pada tahun ini Mahardika Muda Batch 4 di tahun 2024 melaksanakan kegiatan pengabdian 4 jorong dan anak jorongnya 2 jadi ada 6 Jorong yang mana semua jorong disini termasuk 3T.

Perjalanan dari Padang untuk menuju ke Kantor Wali Nagari yang bertempat di Jorong Sariak Ateh melewati banyak sekali lika - liku perjalanan yang saat mana bus  pertama kami hanya bisa sampai di Pinti Kayu yang mana harus pindah kemobil L300 untuk melewati perjalanan supaya bisa sampai di Kantor Wali Nagari Sariak Ateh. Akses yang susah untuk kami bisa sampai ke Kantor Wali Nagari dikarenakan jalan yang rusak, tanah yang longsor, dan hujan yang lebat mengakibatkan akses kami untuk sampai sangat sulit. Mobil kedua yang kami naikkan harus berulang - ulang sebanyak 9 kali untuk bisa membawa seluruh rombongan untuk sampai di Kantor Wali Nagari untuk melakukan pembukaan. Sehingga perjalanan kami menghabiskan waktu 6 jam lamanya dijalan untuk membawa rombongan sampai di Kantor Wali Nagari.

Sariak Ateh merupakan jorong yang berada di pusat Kecamatan Hiliran Gumanti yang mana masyarakat disini sudah dikategorikan banyak, tapi sayangnya masih dikategorikan sulit untuk berkembang dikarenakan ada beberapa sudut pandangan, diantaranya:

  • Faktor Pendidikan
  • Pendidikan disini ada Paud/TK, SD, SMP, SMA. Pendidikan disini bisa dikategorikan sepele sama mereka, kenapa? Karena kebanyakan orangtua mengarahkan anak-anaknya untuk bekerja dari pada bersekolah/berkuliah. Jumlah anak anak disini untuk jenjang Paud l/TK itu sebanyak 15 peserta didik. yang mana seharusnya Paud dan Tk tidak bisa di gabungkan. Adapun jumlah peserta didik di Sekolah Dasar berjumlah 33 orang untuk seluruh kelas yang terdiri dari kelad 1-6 kelas. Ditambah lagi jumlah peserta didik di SMA sebanyak 30 orang perangkatan. Jumlah diatas bisa di kateogrikan rendahnya kemauan pemuda/pemudi sariak ateh untuk mencicipi dunia jenjang pendidikan.
  • Pendidikan disini kebanyakan hanya bertahan di masa putih abu abu, kenapa? Karena kebanyakan dari mereka tidak ingin merasakan dunia perkuliahan dikarenakan “ kesulitan membayar ukt, tidak tau alur masuk perkuliahan, kesulitan mengakses jaringan, kurangnya motivasi terhadap pentingnya dunia perkuliahan tersebut.
  • Infrastruktur di bidang pendidikan yang kurang dari aspek untuk kemajuan yang mana memang kekurangan bahan untuk mengikuti kemoderenan program program pemerintah yang cepat sehingga tidak bisa di jalankan dengang cepat oleh sekolah yang ada disini.
  • Anak anak disini dikategorikan memiliki pemikiran yang lebih cerdas setingkat diatas anak perkotaan, yang mana di umur mereka yang serba kekurangan lebih cerdas pemikirannya. 
  • Kemauan anak anak sekolah terkhususnya SMA mereka banyak sekali yang putus sampai di SMA tidak mau melanjutkannya dikarenakan keterhalangan dana yang mengakibatkan mereka berhenti dan bekerja.
  • Sosialisasi terkait pendidikan bisa dikatakan sangat kurang disini, mereka tidak memiliki motivasi yang besar terkait masa depan nya. Salah satu penyebab anak” putus sekolah adalah akses sekolah yang sulit.
  • Faktor Sosial Budaya

Sosial budaya disini kasi kental dengan yang namanya paramgtif, yang mana masih percaya dengan hal hal mistis yang sulit dengan mengikuti perkembangan zaman. Budaya 5s disini sering diterapkan dikarenakan kehangatan kerukunan yang dirasakan budaya disini, banyak pengelaman yang didapatkan disini yang mana salahsatunya itu kegiatan pengajian 100 harian itu dilakukan 3 hari yang mana tidak membacakan yasin tapi ada ayat khususnya yang mana bisa menghabiskan waktu 2 jam untuk menyelesaikannya dan waktu hari terakhir atau ketiga bisa menghabiskan lebih kurang waktu 6 jam untuk berdoa,mengaji dan lain lain.

  • Faktor Pariwisata

Banyak sekali SDA disini yang bisa di manfaatkan untuk kemajuan daerah ini tersendiri, tapi dikarenakan sulitnya akses untuk masuk kesini membuat pariwisata disini sulit untuk berkembang dan juga perhatian dari masyarakaat disini kurang peduli terhadap perkembangan pariwisata tersebut, mungkin dikarenakan kekurangannya faktor orang yang mengerti dibidang tersebut kemudian dikarenakan pandemi banyak warga yang ingin bertahan hidup dengan menjual lahan lahan mereka untuk kebutuhan selama pandemi.

  • Faktor Kesehatan

Kesehatan atau puskesmas disini tidakada, bisa dikategorikan, Jika mereka ada yang sakit dan ingin berobat butuh waktu untuk sampai ketempat pengobatan tersebut, karena tidak adanya ketersedian tempat tempat kesehatan disini. Jadi kebanyakan mereka masih menggunakan obat obat tradisional yang percaya dengan hal mistis tersebut kemudian juga kebanyakan warga tidak mau berobat ke rumah sakit, dikarenakan mereka tidakada biaya dan tidak percaya dengan pengobatan yang dilakukan oleh tim dokter, jadi kesulitnya mereka tidak percaya dengan tenaga ahli kesehatan yang ada di daerahnya.

 


Tag :#Opini #Daerah Pengabdian

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com