HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Rabu, 4 Januari 2023

Bahasa, Ide, Gagasan Dan Perilaku

Opini Bahren
Opini Bahren

Bahasa, Ide, Gagasan dan Perilaku

Oleh: Bahren*

 

     Bahasa menunjukkan bangsa, itulah adagium yang sering kita dengar dan ucapkan juga barangkali. Adagium tersebut memberi tamsil kepada kita bahwa sebuah bangsa yang baik, bangsa yang maju tentunya memiliki bahasa dengan ragam dan cara tutur yang baik juga. Lebih dari itu, mestinya bangsa yang dimaksud dalam adagoum tersebut juga memiliki kekayaan ragam khazaha yang berkaitan bahasa antara lain karya-karya sastra dan petatah-petitih.

     Melihat eratnya kaitan antara ragam karya sastra dan bahasa maka secara tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap bertahannya budayanya, karena bahasa dalam sebuah kebudayaan dapat berposisi sebagai ide dan gagasan. Sebagai ide dan gagasan bahasa dapat memberikan semacam ajaran-ajaran dalam menghadapi hidup dan kehidupan, pada Bahasa Minangkabau misalnya dapat kita lihat dalam berbagai jenis petatah petitih MInangkabau yang sangat kaya dengan ide dan gagasan berbagai macam persoalan dalam hidup.

Pepatah nan kuriak kundi dan merah sago misalnya memberikan kita arahan bagaimana pentingnya baik budi dan keindahan bahasa dalam mengarungi kehidupan. Pepatah lain yang berbunyi duduak samo tinggi tagak samo randah, mengajarkan kita bahwa orang Minangkabau itu diperlakukan sama dalam berbagai hal kalau pun akan dibedakan paling hanya sebatas ditinggikan sarantiang didahulukan salangkah.

     Selain dari ide dan gagasan, bahasa juga dapat menjadi perilaku, diamnya seorang perempuan Minangkabau dalam menerima pinangan seseorang bisa diartikan sebagai bahasa setuju untuk menerima lamaran tersebut. Perilaku untuk bertindak korup pun mungkin bisa dilihat dari bahasa yang sering digunakan, ada istilah uang aia, uang bungo pasia, uang asam, sebagai bentuk awal dari tindak korupsi ke depannya.  

     Melihat fenomena yang terjadi dalam berbahasa di atas maka sebagai alat komunikasi bahasa pastinya tidak bisa dimaknai secara tunggal. Cara seseorang dalam berbahasa, pilihan diksi dan kosa kata yang digunakan turut andil dalam menggambarkan siap dan bagaimana sesungguhnya orang itu. Artinya sebagai sebuah ide dan yang muncul dari kejernihan pikiran dan keluasan pengetahuan seseorang bisa jadi bahasa yang dikemukakannya akan sangat menyejukkan. Berbanding terbalik dengan itu, jika ide dan gagasan dalam berbahasa muncul dari sebuah perasaan yang kurang baik, suasana hati yang tidak nyaman dan pengetahuan yang juga picik maka dapat dipastikan bahasa orang itu justru tidak akan terkontrol dan cenderung mengarah kepada kebencian, caci maki dan menjelek-jelekkan.

     Begitu juga halnya dengan bahasa sebagai gambaran dari perilaku, dengan cara dan gaya seseorang berbahasa maka dengan mudah kita mengenali orang itu. Si A orang nya tulus karena senantiasa berbahasa yang penuh keiklasan, Si B orangnya pendendam karena bahasanya senantiasa penuh dengan pengulangan-pengulangan atas beberapa kejadian walaupun dia selalu menyebut sudah memafkan.

     Akhirnya adagium bahasa menunjukkan bangsa itu jika kita kita jadikan lebih sederhana maka akan berbunyi bahasa menunjjukkan kita. Bagaimana kita berbahasa maka akan tahulah orang siapa kita yang sesungguhnya. Mudah-mudahan kita termasuk ke dalam orang-orang yang senantiasa menjaga bahasa dalam bertutur kata.

    

*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand


Tag :#Opini #Bahren #Didakika #Bahasa #minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com