HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Senin, 9 September 2024

Atasi Trauma Pasca Bencana Dengan Bermain

Opini Bahren
Opini Bahren

Atasi Trauma Pasca Bencana dengan bermain

Oleh: Bahren*

            Beberapa sumber mengungkapkan bahwa trauma bisa terjadi pada seseorang ketika mengalami peristiwa buruk atau kejadian traumatis (pemicu trauma). Peristiwa buruk atau kejadian tarumatis itu bisa berupa benca alam, kecelakaan, pelevehan seksual, kekerasan fisik, bulliying dan lain sebagainya. Trauma yang terjadi secara terus menerus dan berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan mental seperti PTSD (Post Traumatik Stress Disorder), gangguan stress pasca trauma, gangguan kecemasan. Jika persitiwa ini terjadi maka perlu berbagai cara dan terapi untuk mengatasinya.

            Trauma bisa terjadi pada semua orang, trauma pada anak dapat terjadi ketika ia mengalami sebuah peristiwa buruk semisal bencana alam.  Bencana Alam Galodo yang terjadi di beberapa daerah Sumatera Barat beberapa bulan yang lalu tentunya juga dapat menjadi pemicu trauma bagi anak-anak di sekitar wilayah terdampak. Salah satu nya di Kabupaten Tanah Datar sebagai wilayah yang terdampak sangat parah. Dampak yang parah itu meninggalkan bekas dan trauma tersendiri bagi anak-anak.

            Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengatasi trauma ini. Salah satunya yang dilakukan oleh tim pengabdian Universitas Andalas Skema Membantu Nagari Membangun melalui kegiatan pengenalan permainan tradisional bagi anak-anak dalam mengatasi trauma. Bermain sebagai sebuah kegiatan yang melibatkan banyak orang dianggap bisa membantu mengatasi trauma yang dihadapi oleh anak-anak di wolayah terdampak bencana galodo khususnyan di daerah Parambahan Kecamatan Limo Kaum.

            Anak-anak diajak ikut terlibat dalam permainan secara aktif, ada tiga permainan yang diperagakan dan dilombakan dalam kegiatan. Ada permainan golong-golong (menggelindingkan roda sepeda motor), permainan lain yang juga ditampilkan dan dilombakan adalah permainan lomba sendal batok dan pacu upiah.

            Sesungguhnya dalam permainan-permainan itu, tidak hanya sebagai permainan. Pada permainan itu ada banyak hal yang diajarkan kepada anak. Contohnya pada permainan golong-golong, dalam permainan anak ini anak-anak diajarkan berkaitan dengan ketangkasan. Setiap anak yang bermain golong-golong diperlukan ketelitian, kelihaian dan ketangkasan dalam memainkannya setiap roda yang jatuh maka dianggap gugur dalam permainan ini.

            Permaian sendal batok pun begitu adanya, permainan ini memerlukan ketangkasan dan keseimbangan dalam memainkannya. Jika pemain jatih atau memutuskan tali yang diikatkan kepada dua buak batok kelapa itu maka mereka (pemain) dinyatakan gugur dalam permainan tersebut.

            Permainan, pacu upiah merupakan permainan yang memerlukan kerjasama tim dan taktik yang mumpuni dari setiap tim untuk dapat memenangkan permaian ini. Setiap tim yang dinyatakan sebagai pemenang adalah tim yang mampu membawa anggotanya tanpa terjatuh dari upiah nya ketika ditarik oleh salah seorang temannya yang lain.

            Memperkenalkan permainan kepada anak-anak yang terdampak oleh bencana galodo ini diharapkan dapat menjadi sebuah upaya untuk mengatasi trauma pada anak.  Permainan dapat membantu anak-anak korban galodo untuk mengeksploitasi dan mengekspolaro emosi, Kerjasama tim, komunikasi. Anak-anak dapat belajar bagaimana mengatasi masalah yang mereka hadapi secara bertahap dan perlahan-lahan. Melakukan pencegahan trauma dengan permainan atau terapi permainan dapat membuat terapi lebih menyenangkan dan efektif. Anak-anak dapat belajara lebih baik melalui permainan dan melakukan langsung.

 

*Dosen Sastra Minangkabau FIB Unand, Anggota Pengabdian  PKM_MNB 2024


Tag :#Opini #Didaktika #minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com