HOME OPINI OPINI

  • Senin, 20 Juli 2020

Membangun Kebudayaan, Membangun Manusia

Masrizal Rajo Basa (Pamong Budaya Sumatera Barat)
Masrizal Rajo Basa (Pamong Budaya Sumatera Barat)

Membangun Kebudayaan, Membangun Manusia

Oleh: Masrizal, S.Sos*

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah sekumpulan ide, gagasan, pola prilaku dan hasil karya manusia yang diperoleh melalui proses belajar dan diwariskan  secara turun temurun.

Dari defenisi ini dapat dipahami bahwa kebudayaan dihasilkan oleh manusia melalui sebuah proses  yang dimulai dari hasil olah pikir berupa ide-ide yang berkembang menjadi gagasan sampai kepada prilaku dan hasil karya.  Semuanya menyatu dan menjadi milik bersama sebagai sebuah identitas komunal yang khas dan membuatnya berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya.

Sedangkan salah satu arti pembangunan menurut KBBI adalah; ikhtiar untuk mengubah keadaan dunia masa lampau yang tidak sesuai dengan cita-cita kehidupan manusia lahir maupun batin dengan tujuan agar dapat mewariskan masa depan yang membahagiakan bagi generasi yang akan datang.

 

Lahirnya UU No. 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan sejatinya merupakan salah satu upaya pemerintah dalam membangun kebudayaan di Indonesia. Kerasnya terpaan badai globalisasi dapat berujung kepada tumbangnya identitas yang rapuh dan terjadinya asimilasi budaya dimana-mana. Kecemasan ini tidaklah berlebihan, tanpa antisipasi serius hal ini bisa saja terjadi sehingga Indonesia yang kaya akan suku bangsa dan budaya akan mengalami degradasi kultural dan kehilangan identitas.

Semakin kerasnya slogan dan teriakan  kembali kepada karakter bangsa akhir-akhir ini adalah bukti nyata kecemasan kita sebagai sebuah bangsa yang sedang berada dalam "peperangan" global dalam mempertaruhkan sebuah jati diri atau identitas. Proses saling pengaruh mempengaruhi akan tetap berlangsung sebagai sebuah dinamika sosial budaya dinama bangsa yang "kuat" akan mampu bertahan dan tidak menutup kemungkinan akan memenangkan pertarungan ini.

 

Namun, dewasa ini pembangunan kebudayaan terkadang hanya diartikan kepada pembangunan secara fisik atau materi, seperti tari-tarian, lagu, pakaian adat, situs kepurbakalaan, ritual dan lain-lain. Padahal kebudayaan tidaklah berhenti pada bentuk-bentuk fisik semata. Ia juga terkait dengan pandangan hidup (rooloflife), sistem nilai dan norma yang dimiliki bersama sebagai sebuah identitas. Dalam pemahaman seperti ini, pembangunan kebudayaan pada dasarnya sangat erat kaitannya dengan pembangunan manusia itu sendiri. Lantas, tentu kita akan bertanya kenapa manusia? apanya yang harus dibangun? apa hubungannya dengan kebudayaan ? dan seterusnya.Untuk menjawab hal ini tentu perlu dilakukan pengetahuan dan pengamatan yang cukup mendalam tentang arti dan hakikat dari kebudayaan itu sendiri.

 

Membangun kebudayaan dalam artian fisik/materi (objek kebudayaan) tanpa menyentuh dimensi manusianya adalah sebuah upaya yang timpang dan tidak seimbang. Kebudayaan dalam artian fisik atau hasil karya tersebut akan kering dari nilai dan makna. Ia hanya akan menjadi tontonan dan seremonial dalam sebuah tarian, nyanyian, festival, pertunjukkan dan bahkan upacara adat yang tidak dimengerti oleh generasi muda/milenial sebagai pewaris kebudayaan.

Tanpa membangun pengetahuan tentang arti, nilai, makna dan tananan yang hakiki dari kebudayaan itu sendiri mustahil mereka akan kenal, paham dan mencintai kebudayaan mereka sebagai sebuah identitas dan tuntunan dalam kehidupan.

 

Ibarat sebuah bangunan yang kelihatan megah akan tetapi memiliki pondasi yang rapuh dan rawan runtuh jika dilanda goncangan yang kuat dari angin ribut atau goncangan gempa bumi.

kebudayaan yang kuat bisa diibaratkan sebagai sebuah pohon besar yang hidup subur, dahannya menjulang ke langit, memiliki akar yang kuat serta memberikan buah pada setiap musimnya. Sehingga membuat bangga

orang yang menamnya serta akan membuat semua orang yang memandangnya berdecak kagum. Buah yang dihasilkan oleh pohon yang tumbuh subur inilah yang bisa diibaratkan dengan peradaban.

 

Arnold Toynbee dalam bukunya "The DisintegrationsofCivilization" dalam TheoriesofSociety, (New York, The FreePress, 1965), hal 1355 menyatakan peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi.

Pengertian lain menyebutkan bahwa peradaban adalah kumpulan seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya, maupun iptek).

 

Membangunan Kebudayaan pada dasarnya membangun manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat, memiliki, mengembangkan dan memelihara kebudayaan itu secara bersama dari waktu ke waktu untuk memudahkan hidup dan kehidupannya. Kebudayaan akan terus berkembang sesuai dengan pengetahuan masyarakat pendukungnya. Semakin tinggi pengetahuan masyarakat tentang sistem nilai, norma  dan pandangan hidupnya akan menciptakan kebudayaan yang tinggi, halus dan indah  yang disebut juga dengan peradaban. Jadi mustahil membangun kebudayaan tanpa membangun manusianya terlebih dahulu. Membangun kebudayaan adalah membangun manusia.

 

*Pamong Budaya  Dinas Kebudayaan Sumbar

 


Tag :#Opini #Masrizal

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com