- Selasa, 13 Mei 2025
Menjaga Silaturahmi Lewat Tradisi Barayo: Ritual PascaNikah Di Padang Pariaman

Menjaga Silaturahmi Lewat Tradisi Barayo: Ritual PascaNikah di Padang Pariaman
Oleh: Sasmita Zulianti
Pendahuluan
Sumatra Barat dikenal sebagai wilayah yang kuat dalam menjaga adat istiadat Minangkabau. Di Kabupaten Padang Pariaman, nilai budaya ini terus diwariskan dari generasi ke generasi, terutama dalam konteks adat pernikahan. Prosesi pernikahan di daerah ini tidak hanya berfokus pada akad dan pesta, melainkan juga mencakup serangkaian tradisi pasca-nikah yang mempererat hubungan sosial. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah Barayo, sebuah ritual silaturahmi yang dijal...
Sebagai bagian dari budaya Minangkabau yang berlandaskan falsafah adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, tradisi Barayo mencerminkan pentingnya menjalin harmoni antara individu dan masyarakat (Navis, 1984). Tradisi ini mempertemukan dua komunitas sosial, yakni pihak keluarga laki-laki dan perempuan, yang kini bersatu melalui ikatan pernikahan. Dalam sejarahnya, Barayo berakar pada prinsip silaturahmi yang menjadi fondasi kohesi sosial di Minangkabau, di mana relasi antarkampung dan antar-suku...
Pelaksanaan Tradisi Barayo
Tradisi Barayo dilangsungkan seusai Hari Raya Idul Fitri, bertempat di rumah keluarga perempuan. Dalam acara ini, keluarga pengantin perempuan menyambut kedatangan kelompok pemuda dari kampung halaman suami, termasuk ketua pemudanya. Kehadiran mereka dipandang sebagai simbol diterimanya ikatan baru antara dua keluarga besar yang sebelumnya hidup di lingkungan sosial yang terpisah.
Acara Barayo disemarakkan dengan sajian berbagai hidangan khas Lebaran, seperti rendang, dendeng balado, ketupat, serta aneka kue tradisional, seperti kue sapik dan lapek bugih (Naim, 1979). Proses penyajian makanan ini melibatkan gotong royong keluarga besar perempuan, menunjukkan kuatnya nilai kebersamaan dalam masyarakat Padang Pariaman. Pada umumnya, jamuan ini tidak hanya menjadi ajang makan bersama, tetapi juga kesempatan bagi orang tua dan para tetua adat untuk menyampaikan nasihat kepada penga...
Dalam perkembangannya, pelaksanaan Barayo juga turut menyesuaikan diri dengan kondisi sosial masyarakat modern. Di beberapa nagari, acara ini dipadukan dengan kegiatan permainan tradisional seperti badia batuang (meriam bambu) atau pertunjukan kesenian lokal, yang semakin menambah semarak suasana pertemuan antarkampung. Selain mempererat tali persaudaraan, hal ini juga berfungsi sebagai ajang tukar informasi antar pemuda yang dapat membuka peluang kolaborasi di bidang ekonomi dan sosial.
Makna Sosial Tradisi Barayo
Dalam struktur sosial Minangkabau yang kolektif, kehidupan individu senantiasa berhubungan erat dengan komunitasnya. Pernikahan tidak semata penyatuan dua individu, melainkan juga integrasi dua kelompok sosial yang lebih luas (Abdullah, 1966). Tradisi Barayo hadir sebagai mekanisme adat yang memastikan proses integrasi ini berjalan dengan baik.
Melalui Barayo, masyarakat menanamkan pesan bahwa kehidupan berumah tangga memerlukan dukungan sosial yang kuat. Pengantin baru didorong untuk membangun relasi yang harmonis dengan tetangga dan komunitas sekitar. Dengan demikian, tradisi ini tidak hanya mengukuhkan silaturahmi, tetapi juga berfungsi sebagai media pendidikan sosial yang menanamkan nilai gotong royong dan kebersamaan.
Selain itu, tradisi ini mengafirmasi posisi penting kelompok pemuda (urang sumando) dalam struktur masyarakat Minangkabau. Para pemuda yang datang bertamu dalam Barayo tak sekadar mewakili keluarga, melainkan juga komunitas asal mereka yang membawa pesan perdamaian dan persahabatan. Sebaliknya, pemuda di pihak istri juga menunjukkan kesiapan untuk menyambut, membina, dan bekerja sama dalam aktivitas sosial yang melibatkan kedua belah pihak.
Lebih jauh, tradisi Barayo berperan penting dalam menjaga kesinambungan adat Minangkabau. Di tengah arus perubahan zaman, pelaksanaan Barayo menjadi ruang bagi masyarakat untuk terus mewariskan nilai budaya yang berakar kuat dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi ini juga memastikan bahwa proses pernikahan tidak berhenti di ranah pribadi, tetapi berlanjut menjadi fondasi kekuatan sosial yang kokoh di tingkat komunitas.
Pelestarian Tradisi di Tengah Modernisasi
Arus globalisasi dan modernisasi membawa perubahan besar dalam cara masyarakat menjalani tradisi. Namun, Barayo tetap menjadi salah satu ritual yang bertahan di Padang Pariaman. Meskipun pelaksanaannya kini lebih sederhana, esensi silaturahmi dan penghormatan antar komunitas tetap menjadi roh utama dalam tradisi ini.
Upaya pelestarian Barayo dilakukan tidak hanya oleh keluarga, tetapi juga oleh komunitas adat dan generasi muda. Mereka berupaya menyesuaikan pelaksanaan tradisi ini dengan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat masa kini tanpa meninggalkan nilai-nilai pokoknya (Nurdin, 2011). Beberapa nagari bahkan mulai menghidupkan kembali tradisi ini dalam bentuk festival budaya yang lebih terbuka, sehingga menarik partisipasi generasi muda yang selama ini mulai tergerus oleh budaya luar.
Keberlangsungan tradisi Barayo menjadi bukti ketangguhan masyarakat Padang Pariaman dalam menjaga identitas budaya mereka. Dengan terus menjalankan tradisi ini, masyarakat setempat tidak hanya mempertahankan warisan leluhur, tetapi juga meneguhkan posisi adat Minangkabau sebagai fondasi kehidupan sosial yang dinamis dan relevan.
Penutup
Tradisi Barayo di Padang Pariaman merupakan cerminan dari kearifan lokal Minangkabau yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan, gotong royong, dan silaturahmi. Sebagai ritual pasca-pernikahan, Barayo tidak hanya mengokohkan hubungan antar keluarga, tetapi juga membangun jaringan sosial yang menjadi penyangga kehidupan bermasyarakat.
Di tengah gempuran budaya modern, pelestarian tradisi ini menjadi tugas bersama generasi Minangkabau masa kini. Dengan tetap menghidupkan Barayo, masyarakat Padang Pariaman menjaga keberlanjutan budaya yang menjadi jati diri mereka, sekaligus menegaskan bahwa tradisi lokal tetap relevan dalam membangun tatanan sosial yang harmonis.
(Penulis Mahasiswa Sastra minangkabau Universitas Andalas Padang)
Daftar Pustaka:
1. Abdullah, T. (1966). Adat Minangkabau: Pola dan Struktur Sosial. Jakarta: LP3ES.
2. Naim, M. (1979). Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
3. Navis, A.A. (1984). Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti Press.
4. Nurdin, A. (2011). Perubahan Sosial dan Budaya Minangkabau di Era Modern. Padang: Andalas University Press.
Editor : melatisan
Tag :#Menjaga Silaturahmi #Ritual Pasca Nikah
Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News
Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com
-
GOTONG ROYONG SEBAGAI CERMINAN KEARIFAN LOKAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA
-
MENJAGA WARISAN SILEK PAUH DI TENGAH KOTA: STUDI ATAS PERGURUAN SILATURRAHMI KALUMBUK
-
MASIHKAH RELEVAN STRUKTUR SOSIAL MINANG DI ERA MODERN?
-
TRADISI BALIMAU DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU
-
MISTERI BEDAH AYAM: TRADISI PENGOBATAN UNIK DI MINANGKABAU
-
RAGU
-
EFEK DOMINO PERANG KAMANG DALAM TEROPONG PERLAWANAN MASYARAKAT SUMATERA BARAT MENENTANG KOLONIALISME BELANDA
-
SUMATERA BARAT RAIH PENGHARGAAN DI FESTIVAL HOMESTAY NUSANTARA 2025, GUBERNUR MAHYELDI DIGANJAR IHSA AWARD
-
FARIANDA, PEMIMPIN MUDA PERS SUMUT YANG TEGASKAN ETIKA: CIPTAKAN SUASANA NYAMAN BAGI POLDA SUMUT
-
OPTIMALISASI PEMELIHARAAN ALAT KESEHATAN UNTUK TINGKATKAN KUALITAS LAYANAN RUMAH SAKIT