HOME SOSIAL BUDAYA KABUPATEN TANAH DATAR

  • Sabtu, 16 Maret 2019

Gubernur Dan Raja Naiki Rumah Gadang, Kaum Datuak Sati Supayang Senang

Rumah Gadang Limo Ruang Kaum Datuak Sati
Rumah Gadang Limo Ruang Kaum Datuak Sati

Batusangkar (Minangsatu) - Proses alamiah sedang berlangsungdi Minangkabau. Rumah-rumah gadang yang berusia puluhan hingga ratusan tahun kian lapuk dimakan usia. Sejak beberapa dekade belakangan, banyak di antaranya sudah roboh. Ada pula yang ditinggali penghuni dan pindah ke rumah-rumah modern.

Kondisi miris itu, berusaha dihambat oleh kaum Datuk Sati, suku Koto Dalimo, Supayang, Tanah Datar. Dengan cara membangun kembali sebagai upaya Lapuak-Lapuak di Kajangi, rumah adat sebagau lambang kebanggan kaum suku Koto Dalimo itu direvitalisasi. Kelalauannya, rumah adat lima ruang itu, Sabtu (16/3), dinaiki. Hadir Gubernur Sumatera Barat dan Raja Alam Pagaruyung beserta permaisuri.

Rumah gadang lima ruang itu, dilengkapi 4 jendela satu pintu naik di tengah. Pintu naik itu dengan anak tangga dari kiri dan kanan. Di dalam ada empat kamar dan ruang panjang dengan puluhan tonggak penyangga.

Ada empat gonjong sebagai ornamen yang unik., masing-masing dua ke kiri dan ke kanan. Kemudian ada satu menghadap ke depan. Di halaman, ada satu rangkiang, tempat menyimpan pada. Di sisinya ada satu lesung batu, tempat kaum wanira menumbuk  padi untuk dijadikan beras dan ditanak.

Rumah ini, satu dari 42 rumah gadang di desa kaki gunung Marapi itu.

Meriah

Prosesi menaiki rumah gadang ini, selain sebagai jawaban atas keprihatinan sejumlah tokoh di Sumatera Barat, sekaligus menandai peresmian rumah gadang yang sebenarnya sudah ada sejak tahun 1910 lalu. Pada Tahun 2018, Rumah gadang ini dibangun kembali dengan bantuan dana revitalisasi desa adat Dirjen Kebudyaan, Kemendibud.

“Sungguh prihatin kita. Rumah gadang di Minangkabau kini sudah banyak yang roboh, termasuk di  Tanah Datar. Padahal kita amat menyadari, dari rumah gadang yang lapuk dan roboh itu telah lahir dan terbentuk tokoh-tokoh nasional asal Minangkabau. Mereka amat berpengaruh dalam berbagai lini kehidupan,” ujar Raja Alam Minangkabau/Sultan Pagaruyuang Dr. Muhammad Farid Thaib, saat memberi sambutan pada prosesi adat yang berlangsung khidmad itu.

Searah, Bupati Tanah Datar H. Irdinansyah Tarmizi juga menyebut, rumah gadang sudah banyak lapuk dimakan usia. Tak sedikit pula yang sudah tak dihuni lagi, karena anak kemenakan kaum pemilik rumah gadang sudah pergi merantau atau mendirikan rumah sendiri. Perannya pun sudah jauh berkurang dibanding masa-masa lalu.

Baik Irdinansyah maupun Farid sepakat, masyarakat perlu terus diajak untuk kembali menyemarakkan ruah gadang, sekaligus mengembalikan fungsi utamanya selalu pusat pembangunan karakter dan membentuk watak generasi muda Minangkabau. Program revitalisasi desa adat yang dilakukan pemerintah, tuturnya, dipandang memiliki makna strategis dalam mengembalikan kejayaan peran rumah gadang tersebut.

“Kami tentu turut memujikan pemimpin beserta kaum Datuak Sati Suku Koto Dalam di Nagari Supayang ini, karena berhasil melakukan pendekatan ke pemerintah pusat yang berbuah dibantunya revitalisasi rumah gadang mereka, yang pada kesempatan ini kita mengiuti prosesi menaikinya kembali, setelah selesati dibangun kembali,” kata bupati.

Di Tanah Datar, program revitalisasi rumah gadang mulai berlangsung sejak beberapa tahun belakangan. Ada yang dibantun melalui anggaran pemerintah ada juga bantuan pemerintah pusat. Selain revitalisasi rumah gadang di Supayang itu, pemerintah pusat tahun ini juga mengalokasikan anggaran revitalisasi 36 buah rumah gadang di Nagari Pariangan. Sebelumnya, sebuah perusahaan swasta nasional juga membantu revitalisasi rumah gadang di Nagari Sumpu.

Menyambut itu, Gubernur Sumbar Prof.Irwan Prayitno  mengaku, syukuran yang dilakukan masyarakat Suku Koto Dalam itu merupakan aplikasi rekad untuk mengembalikan posisi dan fungsi rumah gadang di Minangkabau.Bila itu dapat dilakukan, tuturnya, terbit suatu harapan untuk kembali lahir insan-insan berkarakter dan berpengaruh di tengah-tengah masyarakat.

Silsilah

Rumah gadang suku koto dalam di Nagari Supayang mulai dibangun 1910. Menurut salah seorang tokoh masyarakat setempat yang juga merupakan komisaris PT Semen Padang , Khairul Jasmi,  usia rumah gadang tersebut sama dengan umur pabrik semen kebanggaan masyarakat Minangkabau.

“Didirikan 1910 dan selesai tahun 1914. Tahun 1942 direhab kembali. Kini direvitalisasi atas bantuan dari pemerintah pusat. Kami aturkan terima kasih atas bantuan itu,” ujar KJ, sapaan akrab Khairul Jasmi yang juga pemimpin redaksi pada Harian Umum Singgalang, Padang.

Kepala Kaum Suku Koto Dalam; Khairil Anwar Dt. Sati juga menyampaikan terima kasihnya kepada pemerintah, karena telah sepenuhnya membantu revitalisasi rumah gadang kaum mereka. Dia berjanji akan memfungsikan rumah gadang itu sebagaimana mestinya.

Agus Setyabudi dari Direktorat Jendral Kebudayaan pada Kemendikbud RI yang turut hadir pada kesempatan tersebut menyebutkan, sejak tahun 2012 pihaknya berkomitmen untuk merevitalisasi desa-desa adat di Indonesia, termasuk di antaranya revitalisasi rumah gadang di Minangkabau.

“Revitalisasi rumah gadang ini juga untuk memajukan kebudayaan. Dengan budaya kita hidup, maju, dan bekembang bersama. Kami menyadari, rumah gadang di Minangkabau memiliki makna penting dan sakral, membangun tatanan harmoni antara adat budaya dan Agama Islam,” tuturnya.

Sejak 2015 hingga 2018, pemerintah pusat melalu Direktorat Jendral Kebudayaan telah membantu revitalisasi enam buah rumah gadang di Sumbar, ditambah dengan bantuan pengebangan sebelas sanggar seni.

Selain para pejabat dan pemuka adat, terlihat pula hadir pada kesempatan itu Walikota Payakumbuh Reza Pahlevi, pimpinan DPRD Sumbar, Wakil Ketua DPRD Tanah Datar Irman, Bupati Tanah Datar Periode 2005-2010 dan 2010-2015 M. Shadiq Pasadigoe, direktur utama PT Semen Padang beserta beberapa orang direktur, Pemimpin Umum Singgalang H. Basril Djabar, beseta pejabat daerah lainnya.

Bantai Kerbau

Semakin menarik, prosesi menaiki rumah Gadang Kaum Datuak Sati ditandai dengan membantai Kerbau. Semua tamu memuji masakan gulai kerbau dalam acara itu, enak. Mantan bupati Tanah Datar, Shadiq Pasadigue misalnya menyatakan, masakannya enak. Undangan lainnya juga mengapresiasi hal serupa. Kokinya bernama Ali, memasak gulai kerbau di atas lima kancah, kuali besar dengan api yang menyala-nyala selama beberapa jam.

Dirut PT Semen Padang, Yosviandri yang hadir memberi apresiasi pada acara adat tersebut. Hal serupa juga dikemukakan Komut BRI, Andrinof Chaniago dan Wako Payakumbuh, Reza Palepi.

 


Wartawan : Melatisan
Editor : melatisan

Tag :#rumahgadang

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com