HOME PENDIDIKAN KABUPATEN SOLOK SELATAN

  • Rabu, 26 Agustus 2020

Elegi Pendidikan Pirdaus, Tumbuhkan Empati Guru Honorer MTs S Darul Ulyah Peconina Solok Selatan

Pirdaus, siswa kelas VIII MTsS Darul Ulyah Pekonina Solsel saat menerima bantuan pakaian dari guru honorer di madrasah tersebut
Pirdaus, siswa kelas VIII MTsS Darul Ulyah Pekonina Solsel saat menerima bantuan pakaian dari guru honorer di madrasah tersebut

Solsel (Minangsatu) -- Merinding bulu kuduk mendengar keluhan seorang anak sekolah yang hanya memiliki satu helai celana dalam untuk satu minggu.

Terkadang pergi kesekolah tanpa uang jajan dan sering tidak pakai celana dalam ( Color ) disebabkan celana dalamnya itu hanya satu helai saja, telepon selulerpun tak dimilikinya.

Dia adalah Pirdaus siswa kelas VIII sekolah MTs S Darul Ulyah Pekonina, Nagari Pekonina Alam Pauh Duo, Kecamatan Pauh Duo, Kabupaten Solok Selatan, (Sumbar).

Pirdaus merupakan anak ketiga dari Syamsamir (75) seorang penjaga Mushallah ( Garin ) di Jorong Sapan Sari dan Pirdaus tidak memiliki ibu lagi karena Ibunya meninggal sejak Pirdaus berumur 14 bulan.

Kini Pirdaus harus tinggal bersama orang tua laki lakinya disebuah rumah milik Mushalla, ironisnya lagi orangnya sebagai tempat bersandar sudah sakit sakitan mengalami penyakit sesak nafas.

Namun semangat Pirdaus untuk menuntut ilmu sangat tinggi, tidak sama dengan anak anak lainya, sekalipun kesekolah tanpa uang jajan dan tanpa celana dalam.

Terkuaknya seorang siswanya tidak memakai celana dalam oleh beberapa guru disekolah, karena penampilan anak itu jauh berbeda dengan siswa lainya, sehingga guru tersebut mencoba memanggil anak itu dan ditanyai kenapa pakaian mu acak acakan.

Disaat salah seorang guru laki laki menyuruh Pirdaus untuk memasukan bajunya kedalam celana agar terlihat rapi, namun setelah ditarik resleting celananya sang anak garim itu agak terperangah karena anunya terjepit resleting celana, dengan wajah malu Pirdaus mengatakan

"Saya tidak pakai celana dalam pak, anu Saya terjepit sahutnya malu"

Semua guru guru yang ada dalam ruang terpurangah dan sedih, diceritakanlah semua kronologis kehidupan Pirdaus.

Usai mendengarkan keluhan seorang siswa yang dinilai rajin dan pintar itu, hampir semua tenaga pendidik jajaran Kamenag itu bercucuran air mata, hati nurani para tenaga honorer dan sukarela MTs S Pekonina itu berkata dan langsung melakukan aksi kumpul recehan ( Badoncek ), dari hasil badoncek sang pahlawan tanpa tanda NIP itu mampu mengurangi beban ekonomi Pirdaus, terutama mengenai kebutuhan sekolahnya, Baju seragam sekolah, baju pramuka, baju koko dan sebagainya.

Pak Anton didampingi sejumlah guru guru mengatakan, ini merupakan aksi spontan dan rasa kepedulian kepada anak anak yang kurang mampu.

Pirdaus anak yang lugu, saat diwawancarai Media disekolahnya, Rabu (26/8) dengan wajah lesu mengutarakan kondisinya selama ini. Dia benar tinggal bersama orang tua laki laki, karena orang tua perempuan sudah meninggal sejak Dia berumur 14 bulan, oleh karena tidak adanya sang ibunda yang mengurus semuanya, makanya kondisinya seperti saat ini.

Namun untuk menuntut ilmu tidak ada yang menghalangi dirinya, dulu sepulang sekolah untuk menyambung hidupnya Dia bekerja membantu tukang bakso, namun setelah melihat kondisi bapaknya sering sakit sakitan, Dia tidak bekerja lagi.

Diakuinya untuk makan keseharian memang sulit, terkadang dikasih warga dan tetangga.

Uang jajan untuk disekolah kadang ada kadang tidak ada, kalau ada paling banyak Rp 5000 (Lima Ribu Rupiah) bahkan sering tidak jajan karena sulitnya bapak mendapatkan uang.

"Bagi Saya uang jajan itu tidak jadi masalah, yang Saya tetap akan pergi kesekolah," ucapnya.

Anak muda tangguh itu sungguh keras niatnya untuk menuntut ilmu sekalipun ekonominya morat marit, Dia memiliki keinginan melanjutkan pendidikan sampai ketingkat lebih tinggi dan mempunyai cita cita ingin jadi orang kantoran untuk merobah hidup keluarganya.

Sementara itu kepala sekolah MTs S Darul Ulyah Pekonina Junaidi, kepada Media ini, Rabu 26/8 mengatakan. Sebenarnya anak anak seperti Piradus ini banyak disekolah ini, bahkan setiap tahun ada yang berhenti sekolah disebabkan faktor ekonomi orang tua yang tidak sanggup menyekolahkan anaknya, sementara pihak sekolah sudah memberikan berbagai kemudahan.

Junaidi didampingi para guru MTs S Pekonina mengakui siswanya ada mendapat bantuan PIP sebanyak 28 orang, namun itu tidak tertopang oleh PIP sementara siswa kami sangat banyak yang membutuhkan, apalagi bantuan PIP ini ditentukan oleh pusat. Ironisnya lagi yang mendapatkan PIP itu orang tuanya tergolong mampu dan tidak bisa dirobah.

Hanya saja harapan kami kepada perusahaan perusahaan besar yang ada di Solok Selatan, terutama PT Supreme Energy yang sudah selalu melirik sekolah ini, untuk dapat bermurah hati memberikan kontribusinya atau beasiswa pada anak anak sekokah MTsS ini, sehingga dengan adanya kepedulian perusahaan, akan mengurangi beban dan angka putus sekolah, terutama disekitar lokasi perusahaan. 


Wartawan : Medriadi
Editor : melatisan

Tag :#Pirdaus #MTsS Darul Ulyah #Solsel #Sumbar

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com