HOME PEMBANGUNAN NASIONAL

  • Selasa, 28 Juli 2020

Andai Ke Pekanbaru Tiga Jam Saja...

Pembangunan Jalan Tol Padang-Sicincin yang dikerjakan PT Hutama Karya (ist)
Pembangunan Jalan Tol Padang-Sicincin yang dikerjakan PT Hutama Karya (ist)

Padang (Minangsatu) - Maman, seorang sopir yang juga merangkap pedagang sayur  tersenyum riang mendengar Sumatera Barat akan memiliki tol. Dia mendapat kabar kalau nantinya jarak tempuh Padang ke Pekanbaru cuma tiga jam. 

Maman riang lantaran tiga jam itu merupakan waktu ideal, sebab hingga kini bila ke Pekanbaru butuh waktu paling tidak sembilan hingga sepuluh jam. Waktu tempuh itu dengan catatan tidak ada kemacetan antara Padang dengan  Bukittinggi, maupun Bukittinggi-Payakumbuh. 

“Kalau macet berarti terlambat sampai di Pekanbaru. Kalau macet, dagangan bisa tak laku,” katanya, Minggu (26/7/2020). 

Maman dapat kabar gembira setelah Presiden Joko Widodo meresmikan ground breaking pembangunan tol Padang-Pekanbaru, Jumat (9/2/2018).  Hingga kini, impian Maman belum terwujud. Dia masih butuh waktu lama untuk sampai. Dia masih berkutat dengan kebiasaan lama, berangkat  lebih awal agar tidak terlalu kesiangan sampai di Pekanbaru.

Tol Padang-Pekanbaru merupakan bagian dari Trans Sumatera. Impian besar pemerintah, dari Lampung hingga Banda Aceh tersambung tol, sehingga ekonomi tumbuh dan mobilitas manusia, barang dan jasa menjadi lancar.

Khusus Padang-Pekanbaru, tol sedang dikerjakan PT Hutama Karya di ruas Padang-Sicincin. Progres fisik  20 persen lebih dan ditarget rampung akhir 2021. Progres pembangunan memang berjalan lambat lantaran ada kendala dalam pembebasan lahan.

Maman menyebut, banyak sopir yang butuh tol. Bila jarak tempuh singkat, bahan bakar yang dipergunakan juga irit. Tiap hari dia bertemu dengan rekannya sesama sopir, rata-rata ingin tol segera terwujud.  Sebab, Riau merupakan potensi besar bagi Sumatera Barat. Masyarakat di Bumi Lancang Kuning butuh sayur, beras, kelapa, rempah dan lain sebagainya dari Tanah Minang. 

Bukan hanya sopir pembawa sayuran yang butuh tol. Mereka yang bergerak di sektor jasa transportasi juga memerlukan akses yang lancar. 

Bobi, sopir travel Padang-Pekanbaru menyebut, sekarang dia hanya bisa melayani penumpang sekali dalam sehari. Berangkat pagi dari Padang, sampai sore di Pekanbaru. 

Bobi butuh tol bukan saja lantaran banyak perantau Sumbar di Pekanbaru, sehingga mobilitas warga begitu tinggi, namun ada yang peluang yang lebih besar dan menguntungkan bagi Sumatera Barat di masa depan. 

Masyarakat Riau menjadikan Sumatera Barat sebagai tempat berwisata. Bila ada liburan panjang, hotel di Bukittinggi penuh oleh warga provinsi tetangga. “Jadi, transportasi yang lancar, berarti pemasukan bagi Sumbar,” kata dia.

Maman dan Bobi tahu persis tentang Trans Sumatera. Mereka menyebut, sebentar lagi tol Pekanbaru-Dumai beroperasi penuh. Bila Padang hingga ke Dumai tersambung tol, maka lebih menguntungkan lagi masyarakat Sumbar, lantaran ada peluang yang lebih besar dalam pemasaran hasil  bumi dan wisatawan akan mengalir dengan deras.

Maman dan Bobi sepakat, infrastruktur penting guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur memang tak bisa dimakan, tapi memudahkan orang untuk mencari makan.  “Tak usahlah berdebat lagi kalau soal itu,” kata Maman.

Dengan tol, Pekanbaru-Dumai paling butuh waktu dua jam. Lalu, lanjut ke Padang dengan jarak tempuh tiga jam, berarti dengan lima jam perjalanan, banyak keuntungan yang akan didapat. Dumai merupakan pintu masuk jalur laut Timur Sumatera. 

Gubernur Irwan Prayitno menyebutkan, kehadiran tol di Sumbar menjadi gerbang untuk kemajuan daerah ke depan. Tol akan mempercepat tranportasi darat dan mendorong kemajuan wisata. Perdagangan dan ekonomi bergerak.

Kalau Padang-Dumai lima jam saja, maka secara otomatis tersambungnya dua titik pelabuhan penting, Dumai dan Teluk Bayur. Bila dua pelabuhan tersambung, dengan sendirinya akan mempercepat arus barang dan jasa.

“Dengan tol, tentunya akan meningkatkan PAD dan kesejahteraan masyarakat. Pariwisata berkembang pesat, ekonomi rakyat bergerak dan PAD meningkat. Masyarakat hendaknya memahami proyek ini untuk kita semua,” ujar Irwan.

Tol Padang-Pekanbaru membentang sepanjang 254,8 kilometer dari Padang, menuju Bukittinggi, hingga berakhir di Pekanbaru. Jalan ini merupakan sirip dari tol Trans Sumatera yang menjadi salah satu proyek strategis nasional dalam Peraturan Presiden Nomor 58/2017.

Pembangunan tol ini dikerjakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Hutama Karya (Persero). Biaya investasi pembangunan ini diperkirakan mencapai Rp78,09 triliun dengan target penyelesaian selama lima tahun (2018-2023).

Mulai Mendukung

Hampir tiap hari masyarakat Sumatera Barat disuguhkan berita tentang peresmian tol pada berbagai wilayah di Indonesia. Di Jawa, banyak kabupaten dan kota yang sudah punya tol.

Sementara di Sumbar masih juga ada perdebatan tentang ganti rugi tanah. Perdebatan terkadang tak produktif, karena tak mungkin ganti rugi untuk proyek tol disamakan dengan pembangunan apartemen.

Kesadaran masyarakat muncul bukan lantaran informasi peresmian tol dari media saja. Bahkan, di Youtube, sekarang  marak video tentang bus-bus Sumbar yang memecahkan rekor jarak tempuh Padang-Jakarta. Bus-bus yang melintas di ruas tol Bakauheni-Palembang, cuma butuh waktu 23 jam untuk tembus Padang-Jakarta, maupun sebaliknya. 

Sebelum ada tol, jika lewat lintas tengah butuh 48 jam untuk ke Jakarta dari Padang. Bila lewat Timur, paling tidak butuh  butuh 42 jam. Sekarang hanya 23 jam. Viralnya video bus-bus yang bisa siang sampai di Sumbar, mulai membuka mata dan hati masyarakat betapa pentingnya infrastruktur untuk kelancaran akses dan mobilitas manusia. 

Akademisi dari Universitas Andalas, Ilham Aldelano Azre menilai masyarakat mulai merasa ketinggalan bila dibandingkan dengan warga di provinsi lain. Masyarakat juga iri dengan daerah lain di Jawa, yang tercatat sebagai kabupaten kecil, tapi tersambung tol. Lagipula, masyarakat Sumbar sudah menikmati betapa efisiennya biaya dan waktu bila infrastruktur bagus. 

Khusus pembangunan tol Padang-Pekanbaru, Azre menyebutkan, sekitar 77 persen masyarakat menerima pembangunan jalan tol. “Dengan dukungan yang cukup besar ini, jangan sampai masyarakat terlanjur menerima informasi sepihak, yang mempengaruhi kepercayaan terhadap pemerintah,” ungkap Azre, saat dialog di Padang TV, Selasa (30/6/2020)

Azre mengungkapkan, sebenarnya, masyarakat sudah tahu adanya pembangunan tol Padang-Pekanbaru dari berbagai sumber. Namun, informasi yang diserap tidak lengkap.  Pembangunan tol, menurutnya, cara menguji komitmen pemerintah dan stakeholder. “Tol inilah fase pembangunan peradaban berikutnya,” katanya. 

Bentuk dukungan masyarakat tersebut, diamini Kepala Badan Pengadaan Tanah Kanwil BPN Sumbar, Upik Suryani. Undang-undang mengamanatkan prosesnya harus tuntas dua tahun. Jika ternyata dalam dua tahun ini tidak selesai, maka akan ditambah setahun lagi. 
Upik optimis, dengan dukungan masyarakat ini, pihaknya dapat menyelesaikan pembebasan lahan tol Padang-Pekanbaru dalam waktu dua tahun.  “Saya optimis dapat selesai dalam dua tahun. Butuh kerjasama semua pihak dan masyarakat,” terangnya.

Hal senada juga disampaikan PPK Pengadaan Tanah Jalan Tol Padang-Pekanbaru, Siska Martha Sari. Masyarakat menurutnya, yang dulu menolak, kini mendukung penuh pembangunan jalan tol dan sangat kooperatif dalam upaya pembebasan lahan.  

Berdasarkan Undang-undang Nomor 2/2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, dalam proses perencanaan pembebasan lahan pembangunan jalan tol, pihaknya selalu mengkomunikasikan dengan instansi terkait. 

Situasi yang kondusif dalam pembebasan lahan itu, tentunya akan mewujudkan impian banyak orang tentang lancarnya akses Sumbar-Riau.  Andaikan ke Pekanbaru tiga jam, akan semakin cepat roda berputar di tol dan itu menentukan pula perputaran uang di Sumbar.

Hutama Karya Kebut Pembangunan Tol Trans Sumatra

PT Hutama Karya (Persero) memperoleh kembali penyertaan modal negara (PMN) Rp7,5 triliun pada 2020, setelah sebelumnya menerima PMN Rp3,5 triliun. Dengan demikian, total PMN yang diterima Hutama Karya di  2020 menjadi Rp11 triliun.

"Perusahaan berterima kasih atas dukungan dan kepercayaan para stakeholder kepada Hutama Karya dalam rangka melanjutkan proyek dan pembangunan jalan tol Trans Sumatera (JTTS)," kata Senior Executive Vice President (SEVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Muhammad Fauzan dalam keterangan resminya, Kamis (28/5/2020).

Fauzan mengatakan, seluruh dana PMN akan digunakan perusahaan untuk melanjutkan pembangunan JTTS di beberapa ruas seperti Pekanbaru-Dumai sepanjang 131 kilometer senilai Rp 2 triliun, ruas Sp Indralaya-Muara Enim sepanjang 119 kilometer senilai Rp 3,2 triliun, ruas Pekanbaru-Pangkalan sepanjang 95 kilometer senilai Rp 4,3 triliun, dan menutup pembiayaan ruas tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung sepanjang 189 kilometer senilai Rp1,5 triliun yang pembangunannya telah selesai.

Suntikan PMN yang diperoleh Hutama Karya ini didasarkan pada kriteria yang disusun pemerintah, yaitu pengaruh perusahaan terhadap hajat hidup orang banyak, peran sovereign yang dijalankan BUMN, eksposur terhadap sistem keuangan, dan kepemilikan pemerintah serta total aset yang dimiliki.

Hutama Karya dinilai telah mencapai kriteria tersebut sehingga perusahaan ini rencananya akan kembali menerima PMN Rp7,5 triliun di 2020. PMN tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23/2020 tentang Program Pemulihan Ekonomi Nasional.

"Tentu, hal tersebut dapat memperkuat perusahaan dalam menyelesaikan tugas yang diamanatkan pemerintah dalam pembangunan dan pengembangan JTTS sepanjang 2.765 kilometer yang terbentang dari Lampung hingga Aceh," kata Fauzan.

Fauzan menjelaskan, hingga saat ini sepanjang lebih kurang 500 kilometer ruas tol di JTTS sudah terbangun, dengan 368 km ruas tol yang telah beroperasi penuh.

Adapun beberapa ruas tol tersebut seperti Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (Bakter) sepanjang 140 kilometer, Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (Terpeka) sepanjang 189 kilometer, tol Palembang-Indralaya (Palindra) sepanjang 22 kilometer, dan Tol Medan Binjai (Medbin) seksi II dan III sepanjang 17 kilometer.

Tahun ini, Hutama Karya juga terus melanjutkan pembangunan JTTS di beberapa ruas prioritas di antaranya ruas tol Pekanbaru-Dumai sepanjang 131 kilometer di mana progres konstruksinya sudah mencapai 97 persen secara rata-rata, disusul ruas tol Sigli-Banda Aceh seksi IV, Indrapuri-Blang Bintang sepanjang 13,5 km dengan progress konstruksi mencapai 99 persen, dan ruas Medan-Binjai seksi 1 Tanjung Mulia-Helvetia sepanjang enam kilometer yang ditargetkan selesai pada pertengahan tahun mendatang.

"Dengan berjalannya proyek JTTS yang digarap Hutama Karya, akan membantu menggerakkan roda perekonomian masyarakat Sumatera," pungkas Fauzan.

Nah, hari gini masih nggak mau tol? 


Wartawan : Edwardi
Editor : sc.astra

Tag :#TolPadangPekanbaru #PadangPekanbaruTigaJam

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com